BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki
dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang
memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar
menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan
akan terus berjalan.
Penggunaan
alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya
mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin
pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang
menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai
ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya
pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi
perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Sesuai
dengan defenisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization),
maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja
manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses
produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Setiap
perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat
perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan
perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian
adalah :
a. mengurangi kejerihan kerja dan
meningkatkan efisiensi tenaga manusia
b. mengurangi kerusakan produksi
pertanian
c. menurunkan ongkos produksi
d. menjamin kenaikan kualitas dan
kuantitas produksi
e. meningkatkan taraf hidup petani
f.memungkinkan pertumbuhan ekonomi
subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial
farming)
Tujuan tersebut di atas dapat
dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar,
tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan
terjadi (Rizaldi, 2006).
Perubahan-perubahan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan
pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak
terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting
bagi kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada
ketahanan pangan.
Ilmu
mekanisasi Pertanian adalah bagian dari industri pertanian hari ini yang
penting karena produksi yang efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung pada
mekanisasi. Oleh karena itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya
baik di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang membutuhkan
keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka untuk mengoperasikan,
mempertahankan, dan memprebaiki mesin dan peralatan. (Shin and Curtis,
1978).
Menurut
Hardjosentono dkk (1996) peranan mekanisasi pertanian dalam
pembangunan pertanian di Indonesia adalah:
1. Mempertinggi efisiensi tenaga
manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf
hidup petani
3. Menjamin
kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe
usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan
keluarga(subsistence farming) menjadi tipe
pertanian perusahaan (commercial
farming)
5.Mempercepat transisi bentuk
ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri.
Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan
harus memiliki penanganan pasca panen
yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan
memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang
diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak
pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat
menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil
pertanian tersebut.
Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu,
keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik
dalam mengolahnya juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan
pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan
lapisan luar yang tidak diinginkan (pencucian).
Banyak
Petani di Indonesia tidak melakukan pencucian terhadap hasil panen yang mereka
dapatkan. Khususnya para petani kakao, hasil yang mereka peroleh tidak di olah
sama sekali, mereka langsung menjual hasil panen berupa buah, padahal jika
mereka mengelolah biji kakao tersebut,yakni dengan mencuci, lalu menjualnya
nilai jual nya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan langsung, yakni
berupa buah. Pencucian dengan alat mekanis belum banyak dilakukan karena
kurangnya pengetahuan dan keterbatasan jumlah alat yang ada petani. Sehingga
harga jual yang diperoleh kurang menguntungkan, padahal apabila dilakukan akan
meningkatkan pendapatan.
Untuk
itu, masyarakat khususnya para petani,memerlukan suatu alat pencuci biji kakao
dalam penanganan hasil-hasil pertanian selama pasca panen. Diharapkan
meningkatkan pendapatan para petani kakao .
Pada
masa kini alat pencuci biji kakao sudah banyak dirancang. Yakni alat yang
menggunakan elektromotor dengan kapasitas berbeda-beda. Alat pencuci biji kakao
ini terdiri dari beberapa bagian penting yaitu: electromotor,
tabung pencuci, plat aluminium. Biji kakao yang dimasukkan ke dalam
tabung pencuci akan berputar bersama berputar nya tabung pencuci biji kakao tersebut.(
Anonimous, 2010).
Kelemahan
alat ini adalah jika digunakan langsung di tempat- tempat yang tidak terdapat
sumber arus listrik maka alat tidak dapat dioperasikan. Untuk itu perlu
dirancang alat pencuci biji kakao yang dapat bekerja dengan tenaga manual bila
suatu daerah belum ada arus listrik, perancangan alat penggerak secara manual
yang dimaksud digunakan untuk memutar alat pencuci biji kakao, sehingga dapat
digunakan dimana saja, juga alat ini dapat menghemat biaya operasional.
B. Maksud
dan Tujuan
Secara umum , tujuan dari praktikum
ini adalah sebagai berikut :
1. Agar
mahasiswa pertanian mampu mengidentifikasi berbagai macam alat dan mesin
pertanian.
2. Agar
mahasiswa pertanian mampu mengoperasikan alat maupun mesin pertanian dengan trampil
, aman dan benar di lapangan.
3. Agar
mahasiswa dapat merawat berbagai macam alat dan mesin pertanian.
4. Agar
mahasiswa mampu mengukur kapasitas kerja lapang
5. Agar
mahasiswa mampu menghitung efektifitas penggunaan peralatan dan mesin
pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Identifikasi
Alat dan Mesin Pertanian
Alat
dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan dalam usaha
pertanian. Alat dan mesin (alsin) pertanian dikelompokkan menjadi dua : alsin
budidaya tanaman dan alsin pengolahan hasil pertanian. Alsin budidaya pertanian
adalah alsin yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak. Contoh alsin
untuk produksi tanaman adalah alsin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer, mesin
pemanen, dan sebagainya. Contoh alsin budidaya ternak adalah alsin penyiapan
pakan, aerator, pemerah susu, dan sebagainya. Alsin pengolahan hasil pertanian
adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah hasil tanaman atau
hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan ternak
adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah
biji sawit, dan sebagainya. (Djoyowasito, 2002).
1. Alat
dan Mesin Pengelola Tanah
Secara
umum, tujuan mengelola tanah adalah menghilangkan tanaman pengganggu,
memperbaiki struktur tanah, meratakan tanah, dan menurunkan erosi. Alat yang digunakan
untuk mengelola tanah diantaranya ; traktor, bajak, dan garu.
A. Traktor
Traktor
merupakan sumber tenaga yang penting dalam pertanian modern. Traktor pertanian
dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu traktor roda empat (traktor
besar) dan traktor roda 2 (Hand Traktor).
a. Traktor
Roda 4 (Traktor Besar)
Traktor
roda empat adalah mesin berdaya gerak sendiri berupa motor diesel beroda empat
(ban karet atau ditambah roda sangkar yang terbuat dari baja) mempunyai tiga
titik gandeng yang berfungsi untuk menarik, menggerakan mengangkat, mendorong
alat dan mesin pertanian dan juga sebagai sumber daya gerak.
Traktor
roda empat mempunyai kisaran daya motor penggerak yang besar. Traktor yang
biasa digunakan di taman/kebun mempunyai daya sekitar 11 kW (15 hp). Traktor
ini di pasaran biasa disebut traktor mini atau traktor kebun. Traktor raksasa
yang biasa digunakan di perkebunan yang luas mempunyai daya sampai 150 kW (200
hp). Namun begitu, biasanya traktor roda empat yang biasa digunakan mempunyai daya
antara 30 – 60 kW (40 - 80 hp).
Traktor
roda empat merupakan mesin yang berfungsi untuk penghela atau pcnarik
peralatan. Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk di atas
tempat duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolah tanah dipasangkan atau
disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang disebut three hitch point
atau penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dan kanan,
sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sistem penyambungan titik
tiga, disebut top link (tuas penyambung bagian atas).
Perawatan
traktor roda empat perlu dilakukan secara rutin dan perawatnya perlu mengenali
bagian bagian traktor dan fungsinya masing-masing.
b. Traktor
Roda 2 (Hand Traktor)
Traktor
roda 2 merupakan alat pengolah tanah utama saat ini. Hal ini mengingat ternak
kerja sudah sangat berkurang. Traktor roda 2 ini digunakan untuk mengolah tanah
pada tahap pertama sehingga siap untuk ditanami. Traktor roda dua dilihat dari
penghubungan dengan perlengkapannya terdiri dari dua tipe yaitu tipe hitch dan
tipe rotary. Pada tipe rotary apabila unit rotarynya dilepas maka dapat
dipasangi hitch untuk menarik peralatan. Peralatan yang dapat dipasang pada
hitch adalah bajak singkal, bajak parabola, garu, gelebek, dan ridger (Sukirno,
1999).
Komponen –komponen penting
Traktor Dua Roda(traktor tangan):
a)
Tuas penyangga depan
Tuas ini
dihubungkan dengan penyangga depan. Tuas ini akan menggerakkan penyangga depan.
Apabila tuas didorong akan mendorong penyangga depan turun untuk menyangga
traktor. Traktor tangan hanya mempunyai dua roda. Apabila traktor dalam keadaan
berhenti (ditinggal operator),maka untuk menegakkan traktor diperlukan
penyangga.
b)
Tombol lampu
Terkadang
traktor digunakan pada waktu malam hari, sehingga diperlukan penerangan.
c)
Tuas gas pada handle tangan kanan
Tuas gas
traktor dihubungkan dengan tuas gas pada motor penggerak. Tuas ini digunakan
untuk mengubah kecepatan putaran poros motor penggerak yang sesuai dengan
tenaga yang dibutuhkan. Tuas ini juga berfungsi untuk mematikan motor traktor,
apabila posisinya ditempatkan pada posisi “STOP”.
d)
Tuas perseneleng kemudi
Ada dua
buah tuas kopling kemudi pada setiap traktor tangan, masing-masing ada di
sebelah kanan dan kiri.Tuas ini digunakan untuk mengoperasikan kopling kemudi
(kanan dan kiri).Apabila tuas kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi
persneleng tidak tersambung dengan poros roda kanan. Sehingga roda kanan akan
berhenti, dan traktor akan berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila
kopling kiri ditekan.
e)
Stang kemudi dan kemudi pembantu
Stang
kemudi merupakan bagian traktor yang digunakan untuk berpegangnya
operator.Stang kemudi digunakan untuk membantu membelokan raktor.Meskipun sudah
ada tuas kopling kemudi, namun agar berbeloknya traktor dapat lebih tajam,
perlu dibantu dengan stang kemudi.Stang kemudi juga digunakan untuk mengangkat
implemen pada saat pengoperasian.Kemudi pembantu digunakan untuk tempat
bertumpu bahu operator. Maksudnya agar menambah beban bagian belakang traktor,
sehingga hasil pengolahan tanah bisa lebih dalam.
f)
Tuas kopling utama
Tuas
kopling utama berfungsi untuk mengoperasikan kopling utama. Bila tuas dilepas
pada posisi pasang/ON, maka tenaga motor akan tersambung ke gigi persneleng.
Sebaliknya apabila ditarik ke posisi netral/bebas/OFF, maka tenaga motor
tidak disalurkan ke gigi persneleng. Apabila ditarik lagi maka tuas
kopling utama akan tersambung dengan rem yang berada pada rumah kopling utama.
g)
Tenaga penggerak motor
Jenis
tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel, tetapi ada juga yang
menggunakan motor bensin atau minyak tanah (kerosin). Daya yang dihasilkan
kurang dari 12 Hp, dengan menggunakan satu silinder. Motor penggerak dipasang
pada kerangka dengan empat buah baut pengencang. Lubang baut pada kerangka
dibuat memanjang agar posisi motor dapat digerakkan maju mundur. Tujuannya
untuk memperoleh keseimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang
digunakan. Traktor akan lebih berat ke depan apabila posisi motor digeser maju,
begitu juga sebaliknya. Untuk menghidupkan motor diesel digunakan engkol,
sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan
tali starter.Sebagian besar traktor menggunakan motor diesel.Penggunaan
motordiesel umumnya lebih murah baik pada saat pengoperasiannya maupun
perawatannya. Motor diesel lebih awet dibanding motor jenis lain, asal perawatannya
dilakukan dengan baik dan benar sejak awal.
h)
Kerangka dan transmisi (penerus
tenaga)
Kerangka
berfungsi sebagai tempat kedudukan motor penggerak, transmisi dan bagian
traktor lainnya.Bagian traktor dikaitkan dengan kerangka dengan menggunakan
beberapa buah baut pengencang. Transmisi berfungsi memindahkan
tenaga/putaran dari motor penggerak ke alat lain yang bergerak. Jenis transmisi
yang digunakan ada beberapa macam, seperti : pully, belt, kopling, gigi
persneleng, rantai dan sebagainya. Tenaga dari motor berupa putaran poros
disalurkan melalui pully dan vbelt ke kopling utama. Kopling utama meneruskan
tenaga tersebut ke gigi persneleng untuk menggerakkan poros roda dan poros
PTO.Selain untuk menyalurkan tenaga, gigi persneleng juga berfungsi sebagai
pengatur kecepatan putaran poros roda dan poros PTO.Dari PTO tenaga dasalurkan
lewat gigi dan rantai ke mesin rotary.Kopling.Kopling utama dioperasikan dari
tuas kopling utama. Bila tuas ditarik ke posisi netral, maka tenaga motor tidak
disalurkan ke gigi persneleng. Akibatnya traktor akan berhenti, meskipun
kondisi motor penggerak dihidupkan.Di samping kopling utama, ada dua kopling
kemudi.Kopling kemudi terletak di bawah gigi persneleng, di pangkal poros kedua
roda.Kopling kemudi dioperasikan melalui tuas kemudi kanan dan kiri.Apabila
kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi persneleng tidak tersambung
dengan poros roda kanan. Sehingga roda kanan akan berhenti, dan traktor akan
berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila kopling kiri ditekan.
B.
Bajak
Bajak adalah alat yang
digunakan dalam pertanian awal untuk budidaya di tanah untuk persiapan
penanaman bibit atau tanaman. Ia telah menjadi instrumen dasar bagi sebagian
besar dari rekaman sejarah, dan merupakan salah satu kemajuan besar di sektor
pertanian. Beberapa macam bajak yang sering digunakan diantaranya bajak
singkal, bajak piringan, dan bajak chisel.
a. Bajak
Singkal (Molboard Plow)
Bajak
singkal termasuk bajak yang paling tua. Di Indonesia bajak singkal inilah yang
paling sering digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah, dengan
tenaga ternak hela sapi atau kerbau sebagai sumber daya penariknya. Secara umum
bajak singkal dibedakan atas 2 jenis, yaitu bajak singkal satu arah (one-way
moldboard plow) dan bajak singkal dua arah (two-way moldboard plow).
Bajak
singkal satu arah adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu pengolahan tanah
akan melempar dan membalik tanah hanya pada satu arah saja. Sedangkan bajak
singkal 2 arah pada waktu mengolah tanah arah pelemparan atau pembalikan tanah
dapat diatur 2 arah, yaitu ke kanan dan ke kiri.
Bagian-bagian
utama dari bajak singkal yang aktif mengolah tanah adalah
·
pisau bajak (share),
·
singkal (moldboard) dan
·
penstabil bajak
(landside).
Untuk
meyempurnakan hasil kerjanya, selain bagian-bagian utama di atas, bajak singkal
juga dilengkapi dengan perlengkapan tambahan, yaitu :
·
roda alur penstabil
(furrow wheel) berfungsi untuk menjaga kestabilan pembajakan.
·
roda dukung (land
wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman sehingga kedalamannya konstan.
·
kolter, berfungsi untuk
memotong seresah dan memotong tanah ke arah vertikal sehingga pembalikan tanah
menjadi lebih Penggunaan bajak singkal ini memiliki beberapa kelebihan, antara
lain : pembalikan tanah lebih seragam pada tiap petak tanah yang diolah, lebih
praktis untuk pengolahan tanah sistem kontur, tidak menimbulkan alur mati (dead
furrow) atau alur punggung (back furrow) sehingga pembajakan lebih rata jointer
dan kerangka (Pratomo, dkk. 1983).
Bajak singkal dapat dipergunakan
untuk mengait dan mencacah gulma, serta pembajakan di bawah vegetasi hijau yang
tinggi. Bajak ini bekerja dengan ditarik oleh penggandeng misalnya traktor
(Winarno, 1994).
a. Bajak
Piringan (Disk Plow)
Bajak
piringan fungsinya sama dengan bajak singkal, yaitu untuk pengolahan tanah
pertama tetapi singkalnya diganti dengan piringan. Piringan bulat seperti
parabola dan berfungsi untuk memotong dan membalik tanah. c. Bajak Pahat
(Chisel Plow) Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka.
Digunakan untuk memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci.
Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur
kedalaman pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci.
Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah
tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai
C. Garu
(Harrow)
Alat dan mesin
pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua adalah alat
pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah
kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah
hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan untuk
mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah
dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan
tanah.
Macam-macam
garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah garu piringan (disk
harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu bergigi per (springs
tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan khusus (special harrow) (Pratomo,
dkk. 1983).
a. Garu
piringan (disk harrow)
Pada
prinsipnya peralatan pengolahan tanah ini hampir menyerupai bajak piringan,
khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran,
kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan mempunyai ukuran dan
kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan bajak, hal ini
disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan
pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Selanjutnya
karena draft penggaruan lebih kecil dari draft pembajakan, maka dengan besar
daya penarikan yang sama, lebar kerja garu akan lebih besar dibandingkan dengan
lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah piringan garu piringan dengan
sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan.
Seperti
bajak piringan, bagian-bagian utama dari garu piringan terdiri atas: piringan,
poros piringan, penggarak piringan, kerangka. Kadang kala dilengkapi pula
dengan roda dukung, apabila sistem penggandengan dengan daya penariknya
menggunakan sistem hela (trailing).
Garu
piringan biasanya tidak dilengkapi dengan roda alur penstabil. Beberapa piringan
dari garu piringan dirangkai menjadi satu rangkaian dengan menggunakan satu
poros, rangkaianrangkaian ini biasa disebut sebagai rangkaian piringan
(diskgang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas dua rangkaian
piringan atau empat rangkaian piringan.
Ditinjau
dari proses penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas ;
penggaruan satu aksi (single action) dan penggaruan dua aksi (double action).
Didasarkan atas uraian di atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua
rangkaian satu aksi (single action two gang disk harrow); garu piringan dua
rangkaian dua aksi (double action two gang disk harrow); garu piringan empat
rangkaian dua aksi atau biasanya disebut tandem (tandem disk harrow).
b. Garu
bergigi paku (spikes tooth harrow)
Garu
bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir, adalah jenis garu yang
sudah umum digunakan petani di Indonesia. Garu sisir yang ditarik hewan,
umumnya giginya terbuat dari kayu dan biasa digunakan untuk pengolahan tanah
sawah dalam keadaan basah, sebagai pekerjaan lanjutan setelah tanah diolah
dengan bajak singkal. Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor
gigi-giginya terbuat dari bahan logam, dipasang pada batang penempatan (tooth
bar) dengan di klem atau di las.
Konstruksi
garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor biasanya terdiri dari satu
batang penempatan. Pemasangan gigi pada batang penempatan disusun
berselang-seling antara batang penempatan yang satu dengan lainnya. Bentuk gigi
paku sangat bervariasi ada yang lurus runcing dan ada yang pipih, ada pula yang
berbentuk blimbingan (diamond shape). Garu bergigi paku terutama digunakan
untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan, lebih cocok
digunakan untuk tanah yang mudah hancur. Alat ini cukup efektif untuk
memberantas tanaman pengganggu khususnya yang masih kecil-kecil, atau baru
tumbuh.
c. Garu
bergigi per (spring tooth harrow)
Garu
bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir menyerupai garu bergigi
paku, hanya gigi-giginya terbuat dari per atau pegas. Juga digunakan untuk
meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih sesuai
digunakan untuk tanah yang mudah dihancurkan. Cocok untuk memberantas gulma
yang mempunyai perakaran yang cukup kuat dan dalam. Hal ini dikarenakan garu
bergigi per mempunyai penetrasi kedalaman yang lebih besar dibandingkan dengan
garu bergigi paku. Dari sifatnya yang lentur dan bentuknya yang lengkung akan
dapat mengangkat atau mencabut akar-akar tanaman sehingga terlempar keluar ke
permukaan tanah.
d. Garu-garu
khusus (special harrow)
Jenis
garu-garu khusus, biasanya digunakan untuk mengerjakan pengolahan tanah dengan
tujuan yang lebih khusus. Sebagai misal, pengolahan tanah dengan tujuan khusus
untuk memusnahkan tanaman pengganggu, menghancurkan seresah, atau untuk
menggemburkan tanah secara intensif, atau mungkin bertujuan untuk membuat
bedengan (seed bed) yang lebih layak. Penggunaan garu-garu khusus biasanya
dilakukan setelah pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua.
Macammacam garu khusus antara lain adalah : pencacah gulma atau seresah (weeder
mulcher); garu potong putar (rotary cross harrow); penggemburan tanah (soil
surgeon).
2. Alat
dan Mesin Pemeliharaan Tanaman
Setelah
tanaman ditanam, maka tanaman tersebut butuh pemeliharaan. Salah satu alat
pemeliharaan tanaman adalah
a. alat
penyemprot (sprayer)
Sprayer
adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau
suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat
aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat
aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan
pengendalian hama & penyakit tumbuhan.
Kinerja
sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat
dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan
penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Tarmana, 1976). Alat
penyemprot memiliki banyak jenis, jika kita lihat dari sumber tenaganya, alat
ini dibagi atas :
·
Alat penyemprot tenaga
tangan - Atomizer (Hand Sprayer) - Alat penyemprot jenis udara bertekanan
(Compressed Air Sprayer) - Alat penyemprot jenis gendong (Knapsack Sprayer)
·
Alat penyemprot bertenaga motor (Power
Sprayer) - Alat penyemprot hidrolik (Hidrolic Sprayer) - Alat penyemprot blower
(Blower Sprayer), biasanya digunakan pada areal perkebunan yang luas, dengan
mesin ini hembusan udara bertekanan tinggi menyemprotkan bahan kimia dari mesin
ke pohon , dimana cairan kimia dirubah menjadi partikel halus oleh aliran udara
yang kuat.
Fungsi
utama sprayer adalah untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi
tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang
dilindungi. Kegunaan khusus sprayer sebagai berikut: - Menyemprotkan
insektisida untuk mencegah dan memberantas hama.
- Menyemprotkan fungisida untuk
mencegah dan memberantas penyakit.
- Menyemprotkan herbisida untuk
mencegah dan memberantas gulma.
- Menyemprotkan pupuk cairan.
- Menyemprotkan cairan hormon pada
tanaman untuk tujuan tertentu.
B.
Kapasitas
Kerja Lapang
1.
.Kapasitas Lapang
kapasitas lapang adalah
suatu keadaan tanah yang merupakan tanah paling lembab dan mampu untuk menahan kadar air terbanyak terhadap adanya gaya tarik bumi atau gaya grafitasi.
Kapasitas lapang sangat berhubungan dengan lingkungan dan kondisi tanah yang mampu untuk menahan air didalamnya. Misalnya di suatu daerah memiliki kondisi tanah yang bagus dengan kapasitas lapang terbaik maka di dalam tanah tersebut mungkin saja terdapat akar-akaran dari pohon sehingga membantu penyerapan air tanah dan menyimpannya lebih lama di dalam tanah.kapasitas lapang di pengaruhi oleh beberapa hal yakni:
Kapasitas lapang sangat berhubungan dengan lingkungan dan kondisi tanah yang mampu untuk menahan air didalamnya. Misalnya di suatu daerah memiliki kondisi tanah yang bagus dengan kapasitas lapang terbaik maka di dalam tanah tersebut mungkin saja terdapat akar-akaran dari pohon sehingga membantu penyerapan air tanah dan menyimpannya lebih lama di dalam tanah.kapasitas lapang di pengaruhi oleh beberapa hal yakni:
a)
Waktu hilang dikarenakan untuk berbelok pada ujung lapang.
Berbelok
di ujung suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali
sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Jumlah waktu belok per
satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik
dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah
panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan
sama. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180 per putaran,
sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90per putaran.Waktu yang
diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik, juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk
lapang, besarnya ruang belok di
headland, kekasaran daerah belok dan lebar alat. Waktu per belokan pada
head-landhalus rata-rata hampir 5 % lebih besar pada pemanen atau penyiang 4 larik dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah
20 - 25 % pada head-land kasar. Pada pengujian dengan alat
yang lebih lebar, Barnes dkk mendapatkan bahwa waktu per belokan rerata 40 - 5-
% lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik dibanding 4 larik.Perjalanan
tak kerja melintasi ujung-ujung suatu lapang menghasilkan kehilangan lainnya
yang sering tak terhindarkan dan khususnya penting jika tanah yang luas
dibagi-bagi ke dalam lapang-lapang yang pendek.
b)
Waktu hilang di karenakan istirahat dan halangan-halangan ketika
membajak.
Beberapa
waktu hilang, semacam karena istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat,
biasanya cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu
lapang total) jika kecepatan kerja atau lebar alat ditambah.Perjalanan tak
kerja melintasi ujung lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif
jika kecepatan kerja normal dipertahankan saat melintasi ujung.Kehilangan waktu
yang lain, disebabkan oleh halangan,
penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan pengisian tabung semprotan,
seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas daripada dengan waktu kerja.
Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada pengerjaan tanaman larik
cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika kecepatan kerja
dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok, kecuali jika kecepatan
kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan pengosongan
hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping sebanding dengan
luasnya.Waktu hilang yang cenderung sebanding dengan luas menjadi makin penting
bila lebar atau kecepatan alat dinaikkan, karena waktu hilang tersebut akan
terhitung dengan presentase yang lebih besar dengan berkurangnya total waktu
per hektar. Dengan demikian, mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada
kecepatan maju yang sama dapat menaikkan keluaran cuma 30 % bukannya 50 %.
c)
Waktu hilang di sebabkan kehandalan sang operator dan kehandalan alat
mesin operator.
Kehandalan
keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berfungsinya suatu
alat secara memuaskan pada kondisi tertentu sepanjang periode waktu tertentu.
Kehandalan pemakaian waktu pada mesin individual menjadi makin penting jika
beberapa mesin atau beberapa bagian
mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang sebesar 5 atau 10 % karena kerusakan, penyetelan, pembetulan, penyumbatan/penggumpalan,
atau berhenmti yang lain berkaitan dengan mesin, umumnya tidak dianggap serius.
Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing dengan kehandalan pemakaian
waktu 98 %, digunakan secara beriritan, kehandalan pemakaian waktuharapan
menyeluruh gabungan tersebut akan terkurangi sampai menjadi tinggal 66 %.
Kehandalan pemakaian waktu. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian
wadah benih atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli
berapa jumlah mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi
lapang gabungan tersebut.Dikarenakan adanya pengurangan kehandalan pada mesin
gabungan, pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih penting dibanding jika
hanya dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu gabungan hendaklah dapat
dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan dan kapasitas berbagai
satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.
d)
Kemampuan kinerja alat mesin pertanian pada penggarapan suatu lapang .
Dalam
pengolahan tanah, kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin
merupakan salah satu dasar pertimbangan menghitung biaya pengerjaan dan
efisiensi dalam pengolahan lahan. Dalam hal ini ada beberapa istilah yang
digunakan yaitu:
a.
.Efisiensi lapang
Merupakan perbandingan antara kapasitas
lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam
persen.Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketidak
mampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
b.
Efisiensi kinerja mesin
Merupakan suatu ukuran efektifitas fungsional
suatu mesin, misalnya presentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan
sebuah mesin pemanen.
c.
Waktu kerja efektif
Merupakan waktu sepanjang mana mesin secara
aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih
besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih
kecil dari lebar kerja teoritisnya.
d.
.Kapasitas lapang teoritis sebuah alsin.
Kecepatan penggarapan suatu lahan yang akan
diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 %
waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja
teoritisnya. Merupakan waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan
fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding
waktu kerja teoritis per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari
lebar kerja teoritisnya.
e.
Kapasitas lapang efektif
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja
teoritis mesin, presentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai,
kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan
alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan pemanen padu,
secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya
tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan
fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator.
2. Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah
Yang dimaksud dengan kapasitas kerja pengolahan tanah adalah
kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki hasil (hektar, kg, lt) per
satuan waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar
kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu. Sehingga satuannya
adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar per jam per HP traktor.
Kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1)
Keadaan traktor
Traktor-traktor
yang sudah lama dipakai berarti umur ekonominya sudah habis atau malah sudah
terlewatkan, sehingga sudah banyak bagian traktor yang sudah haus sehingga
sering timbul kerusakan. Kerusakankerusakan akan menyangkut masalah waktu,
tenaga serta biaya. Sehingga pekerjaan tidak akan efisien lagi.
2)
Keadaan tanah
Keadaan tanah meliputi sifat-sifat fisik
tanah, yaitu keadaan basah (sawah), kering, berlempung, liat atau keras.Keadaan
ini menentukan jenis alat dan tenaga penarik yang digunakan.Disamping itu juga
mempengaruhi kapasitas kerja dari pengolahan tanah.Tanah yang basah memberikan
tahanan tanah terhadap tenaga penarik relatif lebih rendah dibanding dengan
tanah kering. Akan tetapi pada tanah basah (sawah) memungkinkan terjadi slip
yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah kering.
3)
Pola pengolahan tanah
Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan
waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah.Pola pengolahan harus
dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan
alat.Karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja.Oleh karena itu harus
diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi dilapangan. Makin
banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efisiensi kerjanya.Pola
pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola spiral,
pola tepi, pola tengah dan pola alfa.
Pola spiral yang paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus
menerus tampa pengangkatan alat.
4)
Ukuran dan bentuk petakan
Ukuran dan bentuk petakan sangat mempengaruhi
efisiensi kerja dari pengolahan tanah yang dilakukan dengan tenaga tarik hewan
ataupun dengan traktor. Ukuran petakan yang sempit akan mempersulit beloknya
hewan penarik atau traktor, sehingga efisiensi kerja dan kapasitas kerjanya
rendah.Untuk mencapai efisiensi kerja dan kapasitas yang tinggi, maka ukuran
luas petakan harus disesuaikan dengan tenaga penarik yang digunakan.
5)
Topografi wilayah
Keadaan topografi wilayah meliputi keadaan
permukaan tanah dalam wilayah secara keseluruhan.Misalnya keadaan permukaan
wilayah tersebut datar atau berbukit atau bergelombang.Keadaan ini diukur
dengan tingkat kemiringan dari permukaan tanah yang dinyatakan dalam
(%).Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga hewan dan traktor dalam
pengolahan tanah adalah sampai 3 persen (relatif datar). Kemirngan tanah yang
lebih dari 3% yang masih bisa dikerjakan traktor adalah 3%
- 8% dimana pengolahan tanahnya dilakukan dangan mengikuti garis ketinggian
(contour farming system).
6)
Keadaan vegetasi (tumbuhan yang ada) dipermukaan tanah.
Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah
juga dapat mempengaruhi efektivitas kerja dari bajak atau garu yang digunakan.
Tumbuhan semak atau alang-alang
memungkinkan kemacetan akibat penggumpalan pada alat karena tertarik
atau tidak terpotong. Pengolahan tanah pada alang-alang atau bersemak akan
lebih efektif bila digunakan bajak piringan atau garu piring.
7)
Tingkat keterampilan operator
Operator yang berpengalaman dan terampil akan
memberikan hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibanding operator
yang belum terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan
traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu memberikan latihan
terampil kepada operator yang
menjalankannya. Usaha ini untuk memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien
dan lebih efektif.
C.
Membajak
Membajak
tanah adalah sebuah proses kegiatan dalam pengolahan tanah yang dilakukan di
masa tanam. Kegiatan ini merupakan proses yang tidak bisa ditinggalkan dalam
rangka menyuburkan kembali tanah yang sebelumnya sudah dipakai. Sebagaimana
kita ketahui, unsur hara dalam tanah itu sangat terbatas, sehingga perlu upaya
penggemburan setelah masa panen. Kegiatan membajak ini paling sering dilakukan
di lahan basah (sawah) dibandingkan dengan lahan kering (ladang, pekarangan).
Membajak tanah berarti melakukan pembalikan tanah dengan alat seperti cangkul,
garu, waluku dan traktor. Pembalikan tanah biasanya sampai kedalaman 30-50 cm,
tergantung jenis tanah yang dimiliki oleh petani. Setelah dilakukan pembalikan
maka tanah harus diratakan sampai halus agar bisa jadi media tanam yang baik.
Proses membajak tanah akan kelihatan berhasil jika pertumbuhan tanaman
kelihatan baik. Media tanam harus dipastikan mengandung unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman.
Fase membajak tanah merupakan tahap yang
paling banyak menghabiskan tenaga para petani, beaya yang dikeluarkan pun tidak
sedikit. hampir 40% beaya produksi dihabiskan pada fase pengolahan tanah ini.
Pada tanaman padi, para petani sering kali harus segera menjual hasil panennya
atau bahkan terjerat utang dikarenakan petani membutuhkan uang tunai untuk
membayar pekerja dalam pengolahan tanah. Melakukan kegiatan membajak sawah
sebenarnya memiliki makna yang cukup dalam, dimana petani harus mengerti bahwa
untuk menghasilkan produksi yang baik, diperlukan media tanam yang bagus. Benih
yang unggul akan menjadi percuma jika lingkungannya tidak mendukung.
Pola
pertanian sawah di Indonesia, khususnya jawa, dimana pada sawah yang beririgasi
hampir tiap tahun panen 3 kali cukup menguras bahan-bahan organik yang
terkandung dalam tanah. hal ini berdampak pada semakin menurunnya kesuburan
tanah dengan ditandai tekstur tanah yang semakin keras dan tandus. Bahkan di
musim kemarau akan terlihat sekali tanah tersebut mengalami retak-retak
yang cukup besar. Kondisi ini diperparah dengan pemakaian pupuk dan pestisida
kimia yang berlebihan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tiap
hari Kamis Oktober 2015, 01 dan 08 November 2015 di Kebun Percobaan dan Penelitian
Universitas Mercu Buana Yogyakarta di desa Kaliurang.
B. Alat dan Bahan
Praktikum
a. Alat
Ø Traktor
Roda 4 (Traktor Besar)
Ø Traktor
Roda 2 (Hand Traktor)
Ø Bajak
Singkal
Ø Bajak Piringan
Ø Garu
Piringan
Ø Knapsack
Sprayer
Ø Roll
Meter
Ø Stopwatch
Ø Patok-Patok
Ø Alat
Tulis
b. Bahan
Ø Kertas
Ø Lahan Percobaan
C.
Cara
Kerja:
a)
Mengidentifikasi Alat
dan Mesin
1. Dosen
memberikan penjelasan nama-nama alat dan bagian-bagiannya kepada mahasiswa.
2. Mencatat
informasi yang ada pada alat dan mesin pertanian yang ada di gudang UPT Kebun
UMBY (traktor roda 4, traktor roda 2, bajak singkal, bajak piringan, garu
piringan, dan knapsack sprayer) pada kertas yang telah disediakan.
3. Menggambar
alat-alat tersebut beserta bagian-bagiannya pada kertas yang telah disediakan.
b) Membajak
dengan Hand Traktor
1. Memeriksa
kondisi Hand Traktor sebelum digunakan untuk membajak. Jika traktor dalam
keadaan baik, bawa ke lahan percobaan.
2. Memasang
bajak singkal pada kaitan di Hand Traktor
3. Menghidupkan
diesel Hand Traktor dengan cara diengkol
4. Memegang
stang kemudi dengan sedikit menekannya sampai batas pinggang agar diperoleh
keseimbangan, pasangkanlah tuas perseneling pada kecepatan yang diinginkan,
dengan satu tangan masih memegang stang kemudi tangan yang lainnya memasangkan
kopling utama sehingga traktor bergerak
5. Mengikuti
gerak traktor dengan melangkah, membelokkan arah dapat dilakukan dengan menekan
kopling pada stang kemudi. Bila belok kekanan maka tekanlah tuas kopling yang
kanan dan begitu juga sebaliknya
6. Membajak
lahan dimulai dari tepi
c) Menghitung
Kapasitas Kerja Lapang dan Efisiensi Kerja
1. Membagi
anggota kelompok untuk bertugas sebagai penghitung waktu total, penghitung
waktu belok, penghitung waktu macet, pengukur lebar kerja, penghitung jarak 6
kali putaran roda, dan pencatat data pengujian.
2. Mengukur
panjang dan lebar lahan yang akan dibajak
3. Menghidupkan
traktor dan menempatkannya pada salah satu sisi pojok bidang olah sebagai
tempat awal mulainya traktor bekerja
4. Operator
traktor mulai melakukan pembajakan sampai selesai
5. Penghitung waktu total mengaktifkan stopwacth
saat traktor membajak dan menghentikannya sampai traktor selesai membajak.
6. Penghitung
waktu belok mencatat waktu saat traktor berada dibelokan dan bajak tidak menyentuh
tanah.
7. Penghitung
waktu macet mencatat waktu saat traktor berhenti karena mengalami masalah saat
sedang membajak.
8. Pengukur
lebar kerja mengukur jarak lebar kerja dari traktor sebanyak 3 kali.
9. Penghitung
jarak menghitung jarak 6 putaran roda traktor sebanyak 3 kali.
10. Semua
data yang diperoleh dicatat oleh pencatat data dan direkap
11. Melakukan perhitungan dan analisis terhadap
data yang diperoleh
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A.
HASIL
A. Identifikasi
alat dan mesin pertanian
a.
Traktor Sebagai Sumber Daya di
Bidang Pertanian
1. Pengamatan
Spesifikasi Traktor Besar
Nama : Traktor Besar/Tri
Traktor
Merk : Juff Bilt
Model : D/8
Negara
Pembuat : Amerika
Motor Penggerak
Nama : Mesin Diesel
Merk : Tri-Tractor
Model : D/8
HP/RPM : -
Jumlah Silinder : 1 silinder
Volume
Silinder : -
Perbandingan
Kompresi : -
Urutan
Penyalaan : -
Sistem
Pendinginan : Radiator
Sistem
Pelumasan : Oli
Sistem
Transmisi : Roda gigi
Kopling : Otomatis
PTO : -
Persneling : 1 2 3 4 5
Ukuran Traktor
Panjang/lebar/tinggi
(cm) : 390 cm / 170 cm / 146 cm
Berat (kg) : -
Jarak poros
roda (mm) : 460/270 mm
Jarak antar
roda (mm) : -
Depan : 110 cm (1100 mm)
Belakang : 76 cm (760 mm)
Renggang
dengan tanah (mm) : 560 mm
Ukuran roda : Depan :
54 cm (540 mm)
Ukuran roda : Depan :

Belakang :
92 cm (920 mm)

Kapasitas
tangki (l) : 10
Liter
Bahan bakar : Solar
Pelumas:
Mesin : Oli
Transmisi :
Oli
Saringan Udara : Oli (Basah)
Keterangan :
1.Roda belakang

3. Stir traktor
4. Operan gigi/porsneling
5. Tombol hidrolis
6. Sambungan depan
7. Tempat duduk
8.Mesin
9.Rem roda kanan gambar
1.1
10.Rem roda kiri
11.polistater
2. Pengamatan Spesifikasi Hand Traktor
Nama :
Hand Traktor
Merk :
Quick
Model/tipe :
G-3000
Negara Pembuat/Tahun :
Jepang rakitan Indonesia
Motor Penggerek
Nama :
Diesel
Merk :
Kubota direct injection diesel
Model/Tipe :
Direct Injection
HP/RPM :
2200-2400 Rpm
Jumlah Silinder :
1
Volume Silinder (cc) :
487 cc
Perbandingan kompresi :
- : -
Sistem pendinginan :
Liquid cold
Sistem pelumasan :
Oli
Sistem transmisi :
Oli
Kopling :
Manual
PTO :
-
Persneling :
-
Ukuran Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm) :
274/112/110 cm
Berat (kg) :
Jarak poros roda (mm) :
100 mm
Jarak antar roda (mm) :
590 mm
Renggang dengan tanah (mm) :
230-300 mm
Ukuran roda : 77 cm
Kapasitas tangki (l) :
10 Liter
Bahan bakar :
Solar
Pelumas: Mesin :
Oli
Transmisi : Oli
Saringan udara : -

Gambar 1.2. Traktor tangan ( hand traktor )
Keterangan :
1.
Pegangan/Handling 10.Tuas
standar
2.
Roda 11.Pengait
bajak
3.
Knalpot 12.Tuas
porsneling
4.
Rotor penggerak roda/puly 13.Pengatur
gas
5.
Standar 14.Kopling
6.
Tempat solar
l5.Spenroll
7.
Tutup solar
8.
Tutup pending
9.
Pen belt
b.
Alat dan Mesin Pengolah Tanah
1.
Pengamatan Spesifikasi Bajak Singkal ( Molboard Plow)
Nama :
Bajak Singkal
Merk :
Quick
Model :
Hand traktor 6.900
Negara pembuat :
Indonesia
Cara penggandengan :
Mounted
Ukuran :
Panjang/lebar/tinggi :
62 cm/ 40 cm/ 70 cm
Renggang bawah :
44 cm
Renggang samping :
4,2 cm
Berat (kg) :
37 Kg
Perlengkapan bajak,
Singkal bajak (coulter) : ada / tidak
Jointer :ada
/ tidak
Roda alur (furrow wheel) : ada / tidak
Roda dukung (land wheel) : ada / tidak

Gambar
3. Bajak singkal ( Molboard Plow )
Keterangan :
1.
Mata bajak
2.
Singkal
3.
Badan
4.
Pengatur
kedalaman (skrop )
5.
Pelurus
6.
Penyambung
antara singkal dan traktor
2.
Pengamatan Spesifikasi Bajak Piringan (Disk Plow)
Nama :
Bajak piringan
Merk :
Quick Tractor
Model :-
Negara pembuat : Indonesia
Cara penggandengan :
( mounted ) Cara biasa yaitu dikaitkan dengan pengait di bagian belakang traktor.
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 107 cm / 39 cm / 60 cm
Renggang bawah :
13 cm
Renggang samping :
37 cm
Berat (kg) : 200 kg
Perlengkapan bajak,
Singkal bajak (coulter) : ada / tidak
Jointer :
ada / tidak
Roda alur (furrow
wheel) : ada / tidak
Roda dukung(land wheel) : ada /
tidak

Gambar 4. Bajak piringan ( Disk Plow )
Keterangan :
1.
Roda alur (furrow wheel)
2.
Roda piringan
3.
Pengait dengan traktor
4.
Kerangka
3. Pengamatan Spesifikasi Garu Piringan (Disk Herrow)
Nama :
Garu piringan
Merk :
Jult-Bilt
Model :
‘F’ Transmission Fluid/0602022450
Negara pembuat :
Amerika
Jumlah rangkaian :
3 Gang/ 2 rangkaian
Jumlah piringan :
8 rangkaian
Jenis piringan :
Lingkaran bergerigi pada tepi
Diameter piringan (cm) :
39 cm
Lebar kerja garu :
120 cm
Cara pengandengan : Dengan mengaitkan tandem (
Maunted
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm) : 97 / 42 / 54 cm
Berat (kg) : -
Perlengkapan garu,
Roda alur (furrow
wheel) :
ada / tidak
Roda dukung : ada /tidak

Gambar 5. Garu piringan ( Disk Herrow )
Keterangan :
1.
Pengait (Draw Bar)
2.
Roda Garu
3.
Kerangka / dudukan piring
4.
Mata garu piringan
5.
Roda galur
4.
Alat dan Mesin Pemeliharaan Tanaman
Nama : Knapsack
Hand Sprayer
Merk : SWAN
Model : SWA, No.
152877
Negara Pembuat : Indonesia
Jenis nosel /
pengabut : Double nosel
Volume tangki : 14 Liter
Tekanan kerja
(kg/cm2) : 10 Kg/cm2
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi
(cm) : 63 cm / 20 cm / 63 cm
Berat (kg) :
5 Kg

Gambar 6. Knapsack Hand Sprayer
Keterangan :
1.Tangki
2.Pompa
3.Tempat memasukan larutan
4.Pipa
5.Nozel
6.Tali pegangan
7.Selang
8.Torong
9.Keran penyambung antara selang dan pipa
10.Keran
penyambung antara selang dan selang
B. Kapasitas Kerja Lapang
Dari hasil praktikum diperoleh data sebagai
berikut :
Lebar kerja teoristif ( W1 ) : 34,75 cm
Lebar kerja efektif (
W2 ) : 38,33 cm
125 cm
Diameter roda : 77 cm
Jumlah putaran roda : 6 putaran
Jarak slip :
39 cm
41 cm
35 cm
Waktu hilang karena belok : 23,58 detik
Waktu hilang karena macet : 2 menit 44 detik
Total waktu kerja traktor : 11 menit 3 detik
Luas lahan :
P = 19,4 meter
L = 6,26 meter
B. Kapasitas kerja lapang
Dari
hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Lebar
kerja teoristif ( W1 ) : Kel. 1 : 35 cm
Kel. 2 : 34 cm
Kel. 3 : 34 cm
Kel. 4 : 36 cm
Lebar
kerja efektif ( W2 ) : Lintasan 1
39cm
Lintasan 2 80 cm
Lintasan 3 115 cm
Panjang
Lintasan : Lintasan 1 : 9
Meter 85 cm
Lintasan 2 : 10 Meter 50 cm
Lintasan 3 : 11 Meter 92 cm
Diamter
roda : 77
cm
Jumlah
putaran roda : 6 Putaran
Waktu
hilang karena belok : 23,58 detik
Waktu
hilang karena macet : 2 Menit 44
Detik
Total
waktu kerja traktor : 11 Menit 3 Detik
Luas
lahan : P =
19,4 Meter
L = 6,26
Meter
PERHITUNGAN
:
L1=

=

= 

=
10.30%
……………………………………. ( L1 )

L2 =

= 

=
100 %

= 

=
25,8% …………………………………………………. ( L2 )
L3 =

=

= 8.99 % ………………………………………………… ( L3 )
L4 = 

= 

= 21.6 % …………………………………………………… ( L4 )
EFISIENSI KERJA
EK = ( 1-L1 ) (1-L2 ) (1-L3-L4 ) . 100 %
= (1 - (-10.30%))(1 –
25.8%)(1 – 8.99% - 21.6% ) x 100%
= ( 1 - ( -
)) ( 1-
) ( 1-
) x 100
%



= ( 1,103) ( 0.742 )
(0.694) x 100 %
= 0.568 x 100%
= 56.8 %
CT =
W x S x 10-1
=
0.38m x 5km/jam x 10-1
=0.19 ha/jam
CE
= (W x S x 10-1) x E
= CT x E
=0.19 ha/jam x 56.8%
= 0.108 ha/jam
=0.19 ha/jam x 56.8%
= 0.108 ha/jam
%
Penyimpangan =
x
100%

=
x 100%

=
x 100%

=0.432 x 100%
=43.2%
B. Pembahasan
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan informasi bahwa setiap alat dan
mesin pertanian mempunyai bagian dan kegunaannya masingmasing di dalam
kaitannya untuk dapat menjalankan usaha pemeliharaan, perbaikan dan
penggunaannya di lapangan.
Dalam
praktikum mengidentifikasi alat dan mesin pertanian, mahasiswa mengidentifikasi
traktor roda empat, hand traktor, bajak singkal, bajak piringan, garu piringan,
dan knapsack hand sprayer. Agar penggunaan alat dan mesin tersebut nantinya
dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka diperlukan pengetahuan
mengenai watak laku teknis dari alat dan mesin, mulai dari bagian beserta
fungsi hingga operasionalnya.
Dalam
kaitannya dibidang pertanian, traktor merupakan sumber daya dalam bidang
pertanian. Traktor yang diidentifikasi pada praktikum ini yaitu traktor roda
empat dan hand traktor. Pada dasarnya masing-masing traktor mempunyai kelebihan
dan kekurangan tersendiri. Namun pada dasarnya traktor mempunyai komponen sama
yang tidak dimiliki oleh kendaraan jenis lain. Antara lain pengunci
differensial (differential lock), final drive, tempat pengambilan daya (Power
Take Off), sistem pengangkatan hidrolis, batang penarik (draw bar), double
throtle, dan double pedal. Untuk traktor roda empat, cocok digunakan di lahan
yang sangat luas, sedangkan hand traktor digunakan dilahan yang tidak terlalu
luas.
Alat
pengolah tanah, baik primer maupun sekunder yang diidentifikasi yaitu, bajak
singkal, bajak piringan dan garu piringan. Bajak singkal menggunakan tipe
penggandengan maunted dan jenis daya penarikan berupa hand traktor. Bajak
singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok sekali untuk
pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Untuk bagian-bagian bajak
singkal, biasanya bajak ini dilengkapi jointer yang berfungsi untuk menutup
serasah lebih sempurna dalam pembajakan. Pada bajak piringan, piringan pada
bajak merupakan komponen pemotong, pengangkat dan pembalik tanah pada bajak
piringan.
Beberapa
keunggulan bajak piringan terhadap singkal antara lain dapat bekerja ditanah
lengket dan liat, di tanah kering dan keras di mana singkal tidak bisa masuk
kedalam tanah, di tanah kasar dan di dalamnya banyak batu-batu dan akar,
menghasilkan pembajakan yang lebih dalam dari bajak singkal. Garu piringan mempunyai
ukuran dan kecekungan piringan yang relative lebih kecil dibandingkan dengan
bajak piringan, hal ini disebabkan pada pengolahan tanah kedua dilakukan lebih
dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan
tanah pertama. Pada garu piringan ini menggunakan 5 piringan dalam setiap
rangkaian dengan menggunakan satu poros. Jenis piringan adalah piringan
standard yaitu tepinya rata. Sudut piringan pada garu yaitu 90° hingga 130°,
sudut ini mempengaruhi lebar potongan tanah dan kecenderungan menggelinding.
Untuk
alat pemeliharaan tanaman yang diidentifikasi yaitu knapsack hand sprayer.
Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus
yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses
pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydolic atomization), yakni
cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan
akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut (nozel). Cairan
dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat
pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat
halus.
Pada
praktikum pengukuran kapasitas kerja lapang, digunakan traktor tangan merk
Quick tipe G-3000. Praktikum ini memiliki tujuan untuk (performance) alat mesin
pengolah tanah secara mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik
operasional dan aspek ekonominya. Pada praktikum ini traktor tidak dikendalikan
oleh praktikan, melainkan oleh operator yang sudah ahli. Mahasiswa hanya
bertugas mengumpulkan data pengukuran lebar kerja, waktu total, waktu macet,
waktu belok, jarak lurus per 5 putaran roda, dan luas lahan.
Pengolahan
tanah dengan traktor mini pada praktikum ini menggunakan pola tepi. Pola
operasi lapang ini cocok untuk mengerjakan tanah yang bentuk lahannya empat
persegi panjang pada praktikum. Pola ini umumnya digunakan untuk pengerjaan tanah
menggunakan bajak singkal karena mempunyai satu arah pembalikan tanah, umumnya
kearah kanan. Pembajakan dimulai dari arah tepi sebelah kanan, bajak diangkat
pada ujung lintasan dan kembali diturunkan, selama bajak diangkat itu merupakan
pengumpulan data waktu tidak efektif. Arah gerakan traktor berlawanan arah
jarum jam. Pada saat pembajakan, adakalanya roda mengalami slip.
Setelah
semua data terkumpul dilakukan perhitungan. Setelah dilakukan perhitungan
didapatkan informasi bahwa persen waktu yang hilang karena lebar kerja
(overlapping) sebesar -10.30%, karena slip sebesar 25,8%, untuk membelok
sebesar 8.99%, karena macet/kerusakan sebesar 21.6% sehingga efisiensi kerja
yang diperoleh sebesar 56.8%. Semakin besar nilai efisiensi kerja maka
penggunaan traktor semakin baik pula, begitupun sebaliknya. Kecilnya efisiensi
kerja pada praktikum kali ini sebagian besar disebabkan oleh overlapping, yaitu
adanya tumpang tindih pembajakan atau dengan kata lain hasil bajakan sebagian
terbajak lagi serta disebabkan oleh banyaknya waktu slip.
Waktu Hilang Untuk Belok, Jumlah waktu
belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding
terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap
searah panjangnya atau memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama. Menggarap secara pulang
balik memerlukan 2 kali belokan/1800 per putaran, sedang kedua cara
lainnya mencakup empat belokan 900
perputaran.Nilai slip yang didapat untuk setiap lahan bervariasi. Nilai
slip tertinggi terjadi pada saat pengolahan tanah yang berstruktur lengket.
Pada saat praktikum Slip yang terjadi pada saat pengolahan tanah pada jalur
kedua meningkat dikarenakan terbentuknya bongkahan tanah yang besar setelah
traktor melintasi pada jalur pertama, sehingga slip meningkat pada saat
dilakukan pengolahan tanah pada jalur ke dua . Slip roda yang terjadi akan
menyebakan bertambahnya tenaga yang diperlukan untuk penarikan karenagaya horizontal yang diperlukan di atas
permukaan tanah lebih besar. Kelunakan atau kelembekan tanah merupakan faktor
yang dapat memperbesar terjadinya deformasi tanah sehingga slip yang terjadi
akan semakin besar juga (Mckyes, 1985).
Kapasitas lapang efektif menunjukkan besarnya luas lahan yang diperoleh
per satuan waktu tertentu. Dari pengukuran langsung di lahan diperoleh hasil
bahwa kapasitas kerja teoritis lebih besar
dibanding dengan kapasitas kerja efektif, hal ini disebabakan oleh beberapa
faktor misalnya kemampuan operator dalam mengemudikan
traktor,kondisi tanah pada lahan praktikum yang memiliki kelembaban yang tinggi
dan kemampuan/kondisi dari traktor tersebut.
BAB
IV
KESIMPULAN
Setelah
praktik yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Setiap
alat dan mesin pertanian memiliki bagian dan fungsinya masingmasing.
2. Traktor merupakan sumber daya dalam bidang
pertanian
3. Menurut
jenisnya traktor terbagi menjadi Traktor roda dua dan roda empat,dan terdapat macam-macam komponen yang ada di
dalamnya.
4. Efisiensi
pembajakan diperoleh dari seberapa besar kapasitas aktual dan teoritis yang
diperoleh pada traktor saat pengolahan lahan.
5. Slip
mempengaruhi kinerja pembajakan traktor secara umum dilapangan.Umumnya pada
lahan pertanian yang basah, kadar liat tinggi, dan konfigurasi lahan yang
fluktuatif / tidak seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju traktor,hasil
perhitungan waktu slip adalah 25.6

6. perhitungan waktu hilang karena membelok di
ujung lapangan adalah 8.99%
7. Untuk
perhitungan waktu hilang karena kerusakan kecil/macet adalah 21.6%
8. Perhitungan
waktu hilang karena lebar kerja adalah -10.30%
9. Dari
semua perhitungan yang telah di peroleh maka besar Efisiensi kerja yaitu 31,96%
10. Penggunaan
alat dan mesin akan berjalan baik apabila memenuhi syarat teknis dan
operasionalnya.
11. Dalam membajak perlu mengetahui prinsip kerja
dari hand traktor itu sendiri dan harus mempunyai keahlian dalam menjalankan
alat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pertanian Sumatera Selatan. 1993. Panduan
Usaha Tani PIR Perkebunan TEH.
Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.
Hardjoanidjojo
S, 1976.Pengantar Keteknikan Pertanian,
IPB, Bogor.
Hardjosentono.
1996. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan
Kedua. Bumi Aksara.Jakarta.
Haryadi. 1982. Mekanisme Pertanian. Genap Jaya Baru.
Jakarta.
Haryono, M.
1996. Mesin-mesin Pertanian. Bumi
Aksara : Jakarta.
Herodian S.
2003. Jasa Produksi Dan Pelayanan Alat
Mesin Pertanian (JP2AMP).
IPB.
Irwanto, Kohar
A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya
Pertanian. FakultasMekanisasi dan
Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Pramudya B.
1996. Strategi Pengembangan Alat dan
Mesin Pertanian untuk Usahatani Tanaman
Pangan. IPB.
Pratomo, M.,
dkk. 1983. Alat dan Mesin Pertanian.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Soedarno. 1996. Alat Pengolahan Pertanian. Redijaya :
Semarang.
Sukirno,1999.Hand Traktor. Gramedia : Surabaya
Surman, R.L,
1989, Mengerjakan Tanah dan Alat-Alat
Pertanian, Bumi Aksara : Jakarta
Tarmana D. 1976.
Alat dan Mesin Pertanian untuk Proteksi
Tanaman Pangan. Redijaya
: Surabaya.
Wijanto,
M.S,1996. Memilih Merawat, Menggunakan,
dan Traktor Tangan, Penebar Swadaya,
Jakarta
Winarno. 1994. Alat dan Mesin Pertanian. Bumi Aksara.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar