Selasa, 20 Desember 2016

laporan praktikum mekanisasi pertanian semester 1



BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.
      Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
      Sesuai dengan defenisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
      Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia
b. mengurangi kerusakan produksi pertanian
c. menurunkan ongkos produksi
d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e. meningkatkan taraf hidup petani
f.memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming)
        Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).
      Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dilakukan pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan.
      Ilmu mekanisasi Pertanian adalah bagian dari industri pertanian hari ini yang penting karena produksi yang efisien dan pengolahan bahan-bahan tergantung pada mekanisasi. Oleh karena itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memprebaiki mesin dan peralatan. (Shin and Curtis, 1978).
            Menurut Hardjosentono dkk (1996) peranan mekanisasi pertanian dalam       pembangunan pertanian di Indonesia adalah:
1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kuantitas dan kualitas serta kapasitas produksi     pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani yaitu dari tipe pertanian untuk      kebutuhan     keluarga(subsistence farming) menjadi tipe pertanian      perusahaan (commercial     farming)
5.Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi      sifat    industri.
      Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus  memiliki penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan      memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik     akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat     menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil-hasil pertanian tersebut.
      Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan      tersendiri. Teknik dalam mengolahnya juga berbeda beda. Beberapa teknik pengolahan     pangan yang sering dilakukan adalah menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan     (pencucian).
      Banyak Petani di Indonesia tidak melakukan pencucian terhadap hasil panen yang mereka dapatkan. Khususnya para petani kakao, hasil yang mereka peroleh tidak di olah sama sekali, mereka langsung menjual hasil panen berupa buah, padahal jika mereka mengelolah biji kakao tersebut,yakni dengan mencuci, lalu menjualnya nilai jual nya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan langsung, yakni berupa buah. Pencucian dengan alat mekanis belum banyak dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan keterbatasan jumlah alat yang ada petani. Sehingga harga jual yang diperoleh kurang menguntungkan, padahal apabila dilakukan akan meningkatkan pendapatan.
      Untuk itu, masyarakat khususnya para petani,memerlukan suatu alat pencuci biji kakao dalam penanganan hasil-hasil pertanian selama pasca panen. Diharapkan meningkatkan pendapatan para petani kakao .
      Pada masa kini alat pencuci biji kakao sudah banyak dirancang. Yakni alat yang menggunakan elektromotor dengan kapasitas berbeda-beda. Alat pencuci biji kakao ini terdiri dari beberapa bagian penting yaitu: electromotor, tabung pencuciplat aluminium. Biji kakao yang dimasukkan ke dalam tabung pencuci akan berputar bersama berputar nya tabung pencuci biji kakao tersebut.( Anonimous, 2010).
      Kelemahan alat ini adalah jika digunakan langsung di tempat- tempat yang tidak terdapat sumber arus listrik maka alat tidak dapat dioperasikan. Untuk itu perlu dirancang alat pencuci biji kakao yang dapat bekerja dengan tenaga manual bila suatu daerah belum ada arus listrik, perancangan alat penggerak secara manual yang dimaksud digunakan untuk memutar alat pencuci biji kakao, sehingga dapat digunakan dimana saja, juga alat ini dapat menghemat biaya operasional.











B.     Maksud dan Tujuan
            Secara umum , tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa pertanian mampu mengidentifikasi berbagai macam alat dan mesin pertanian.
2.      Agar mahasiswa pertanian mampu mengoperasikan alat maupun mesin pertanian dengan trampil , aman dan benar di lapangan.
3.      Agar mahasiswa dapat merawat berbagai macam alat dan mesin pertanian.
4.      Agar mahasiswa mampu mengukur kapasitas kerja lapang
5.      Agar mahasiswa mampu menghitung efektifitas penggunaan peralatan dan mesin pertanian.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Identifikasi Alat dan Mesin Pertanian
      Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pertanian. Alat dan mesin (alsin) pertanian dikelompokkan menjadi dua : alsin budidaya tanaman dan alsin pengolahan hasil pertanian. Alsin budidaya pertanian adalah alsin yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak. Contoh alsin untuk produksi tanaman adalah alsin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer, mesin pemanen, dan sebagainya. Contoh alsin budidaya ternak adalah alsin penyiapan pakan, aerator, pemerah susu, dan sebagainya. Alsin pengolahan hasil pertanian adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah hasil tanaman atau hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan ternak adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah biji sawit, dan sebagainya. (Djoyowasito, 2002).
1.      Alat dan Mesin Pengelola Tanah
      Secara umum, tujuan mengelola tanah adalah menghilangkan tanaman pengganggu, memperbaiki struktur tanah, meratakan tanah, dan menurunkan erosi. Alat yang digunakan untuk mengelola tanah diantaranya ; traktor, bajak, dan garu.
A.    Traktor
      Traktor merupakan sumber tenaga yang penting dalam pertanian modern. Traktor pertanian dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu traktor roda empat (traktor besar) dan traktor roda 2 (Hand Traktor).
a.       Traktor Roda 4 (Traktor Besar)
     Traktor roda empat adalah mesin berdaya gerak sendiri berupa motor diesel beroda empat (ban karet atau ditambah roda sangkar yang terbuat dari baja) mempunyai tiga titik gandeng yang berfungsi untuk menarik, menggerakan mengangkat, mendorong alat dan mesin pertanian dan juga sebagai sumber daya gerak.
     Traktor roda empat mempunyai kisaran daya motor penggerak yang besar. Traktor yang biasa digunakan di taman/kebun mempunyai daya sekitar 11 kW (15 hp). Traktor ini di pasaran biasa disebut traktor mini atau traktor kebun. Traktor raksasa yang biasa digunakan di perkebunan yang luas mempunyai daya sampai 150 kW (200 hp). Namun begitu, biasanya traktor roda empat yang biasa digunakan mempunyai daya antara 30 – 60 kW (40 - 80 hp).
     Traktor roda empat merupakan mesin yang berfungsi untuk penghela atau pcnarik peralatan. Traktor roda empat dioperasikan oleh operator yang duduk di atas tempat duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolah tanah dipasangkan atau disambungkan dengan traktor melalui perangkat yang disebut three hitch point atau penyambungan titik tiga, yang terdiri sepasang garpu kiri dan kanan, sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sistem penyambungan titik tiga, disebut top link (tuas penyambung bagian atas).
         Perawatan traktor roda empat perlu dilakukan secara rutin dan perawatnya perlu mengenali bagian bagian traktor dan fungsinya masing-masing.

b.      Traktor Roda 2 (Hand Traktor)
       Traktor roda 2 merupakan alat pengolah tanah utama saat ini. Hal ini mengingat ternak kerja sudah sangat berkurang. Traktor roda 2 ini digunakan untuk mengolah tanah pada tahap pertama sehingga siap untuk ditanami. Traktor roda dua dilihat dari penghubungan dengan perlengkapannya terdiri dari dua tipe yaitu tipe hitch dan tipe rotary. Pada tipe rotary apabila unit rotarynya dilepas maka dapat dipasangi hitch untuk menarik peralatan. Peralatan yang dapat dipasang pada hitch adalah bajak singkal, bajak parabola, garu, gelebek, dan ridger (Sukirno, 1999).
    
Komponen –komponen penting Traktor Dua Roda(traktor tangan):
a)      Tuas penyangga depan
      Tuas ini dihubungkan dengan penyangga depan. Tuas ini akan menggerakkan penyangga depan. Apabila tuas didorong akan mendorong penyangga depan turun untuk menyangga traktor. Traktor tangan hanya mempunyai dua roda. Apabila traktor dalam keadaan berhenti (ditinggal operator),maka untuk menegakkan traktor diperlukan penyangga.
b)      Tombol lampu
      Terkadang traktor digunakan pada waktu malam hari, sehingga diperlukan penerangan.
c)      Tuas gas pada handle tangan kanan
      Tuas gas traktor dihubungkan dengan tuas gas pada motor penggerak. Tuas ini digunakan untuk mengubah kecepatan putaran poros motor penggerak yang sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan. Tuas ini juga berfungsi untuk mematikan motor traktor, apabila posisinya ditempatkan pada posisi “STOP”.
d)     Tuas perseneleng kemudi
      Ada dua buah tuas kopling kemudi pada setiap traktor tangan, masing-masing ada di sebelah kanan dan kiri.Tuas ini digunakan untuk mengoperasikan kopling kemudi (kanan dan kiri).Apabila tuas kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi persneleng tidak tersambung dengan poros roda kanan. Sehingga roda kanan akan berhenti, dan traktor akan berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila kopling kiri ditekan.
e)      Stang kemudi dan kemudi pembantu
      Stang kemudi merupakan bagian traktor yang digunakan untuk berpegangnya operator.Stang kemudi digunakan untuk membantu membelokan raktor.Meskipun sudah ada tuas kopling kemudi, namun agar berbeloknya traktor dapat lebih tajam, perlu dibantu dengan stang kemudi.Stang kemudi juga digunakan untuk mengangkat implemen pada saat pengoperasian.Kemudi pembantu digunakan untuk tempat bertumpu bahu operator. Maksudnya agar menambah beban bagian belakang traktor, sehingga hasil pengolahan tanah bisa lebih dalam.
f)       Tuas kopling utama
      Tuas kopling utama berfungsi untuk mengoperasikan kopling utama. Bila tuas dilepas pada posisi pasang/ON, maka tenaga motor akan tersambung ke gigi persneleng. Sebaliknya apabila ditarik ke posisi  netral/bebas/OFF, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi  persneleng. Apabila ditarik lagi maka tuas kopling utama akan tersambung dengan rem yang berada pada rumah kopling utama.
g)      Tenaga penggerak motor
      Jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel, tetapi ada juga yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah (kerosin). Daya yang dihasilkan kurang dari 12 Hp, dengan menggunakan satu silinder. Motor penggerak dipasang pada kerangka dengan empat buah baut pengencang. Lubang baut pada kerangka dibuat memanjang agar posisi motor dapat digerakkan maju mundur. Tujuannya untuk memperoleh keseimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang digunakan. Traktor akan lebih berat ke depan apabila posisi motor digeser maju, begitu juga sebaliknya. Untuk menghidupkan motor diesel digunakan engkol, sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan tali starter.Sebagian besar traktor menggunakan motor diesel.Penggunaan motordiesel umumnya lebih murah baik pada saat pengoperasiannya maupun perawatannya. Motor diesel lebih awet dibanding motor jenis lain, asal perawatannya dilakukan dengan baik dan benar sejak awal.
h)      Kerangka dan transmisi (penerus tenaga)
      Kerangka berfungsi sebagai tempat kedudukan motor penggerak, transmisi dan bagian traktor lainnya.Bagian traktor dikaitkan dengan kerangka dengan menggunakan beberapa buah baut pengencang.  Transmisi berfungsi memindahkan tenaga/putaran dari motor penggerak ke alat lain yang bergerak. Jenis transmisi yang digunakan ada beberapa macam, seperti : pully, belt, kopling, gigi persneleng, rantai dan sebagainya. Tenaga dari motor berupa putaran poros disalurkan melalui pully dan vbelt ke kopling utama. Kopling utama meneruskan tenaga tersebut ke gigi persneleng untuk menggerakkan poros roda dan poros PTO.Selain untuk menyalurkan tenaga, gigi persneleng juga berfungsi sebagai pengatur kecepatan putaran poros roda dan poros PTO.Dari PTO tenaga dasalurkan lewat gigi dan rantai ke mesin rotary.Kopling.Kopling utama dioperasikan dari tuas kopling utama. Bila tuas ditarik ke posisi netral, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi persneleng. Akibatnya traktor akan berhenti, meskipun kondisi motor penggerak dihidupkan.Di samping kopling utama, ada dua kopling kemudi.Kopling kemudi terletak di bawah gigi persneleng, di pangkal poros kedua roda.Kopling kemudi dioperasikan melalui tuas kemudi kanan dan kiri.Apabila kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi persneleng tidak tersambung dengan poros roda kanan. Sehingga roda kanan akan berhenti, dan traktor akan berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila kopling kiri ditekan.




B.     Bajak
   Bajak adalah alat yang digunakan dalam pertanian awal untuk budidaya di tanah untuk persiapan penanaman bibit atau tanaman. Ia telah menjadi instrumen dasar bagi sebagian besar dari rekaman sejarah, dan merupakan salah satu kemajuan besar di sektor pertanian. Beberapa macam bajak yang sering digunakan diantaranya bajak singkal, bajak piringan, dan bajak chisel.

a.       Bajak Singkal (Molboard Plow)
      Bajak singkal termasuk bajak yang paling tua. Di Indonesia bajak singkal inilah yang paling sering digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah, dengan tenaga ternak hela sapi atau kerbau sebagai sumber daya penariknya. Secara umum bajak singkal dibedakan atas 2 jenis, yaitu bajak singkal satu arah (one-way moldboard plow) dan bajak singkal dua arah (two-way moldboard plow).
   Bajak singkal satu arah adalah jenis bajak singkal dimana pada waktu pengolahan tanah akan melempar dan membalik tanah hanya pada satu arah saja. Sedangkan bajak singkal 2 arah pada waktu mengolah tanah arah pelemparan atau pembalikan tanah dapat diatur 2 arah, yaitu ke kanan dan ke kiri.
   Bagian-bagian utama dari bajak singkal yang aktif mengolah tanah adalah   
·         pisau bajak (share),
·         singkal (moldboard) dan
·         penstabil bajak (landside).
             Untuk meyempurnakan hasil kerjanya, selain bagian-bagian utama di atas, bajak singkal juga dilengkapi dengan perlengkapan tambahan, yaitu :
·         roda alur penstabil (furrow wheel) berfungsi untuk menjaga kestabilan pembajakan.
·         roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman sehingga kedalamannya konstan.
·         kolter, berfungsi untuk memotong seresah dan memotong tanah ke arah vertikal sehingga pembalikan tanah menjadi lebih Penggunaan bajak singkal ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain : pembalikan tanah lebih seragam pada tiap petak tanah yang diolah, lebih praktis untuk pengolahan tanah sistem kontur, tidak menimbulkan alur mati (dead furrow) atau alur punggung (back furrow) sehingga pembajakan lebih rata jointer dan kerangka (Pratomo, dkk. 1983).
            Bajak singkal dapat dipergunakan untuk mengait dan mencacah gulma, serta pembajakan di bawah vegetasi hijau yang tinggi. Bajak ini bekerja dengan ditarik oleh penggandeng misalnya traktor (Winarno, 1994).

a.       Bajak Piringan (Disk Plow)
     Bajak piringan fungsinya sama dengan bajak singkal, yaitu untuk pengolahan tanah pertama tetapi singkalnya diganti dengan piringan. Piringan bulat seperti parabola dan berfungsi untuk memotong dan membalik tanah. c. Bajak Pahat (Chisel Plow) Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakan untuk memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai

C.     Garu (Harrow)
             Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah.
            Macam-macam garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah garu piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan khusus (special harrow) (Pratomo, dkk. 1983).
a.       Garu piringan (disk harrow)
      Pada prinsipnya peralatan pengolahan tanah ini hampir menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari draft pembajakan, maka dengan besar daya penarikan yang sama, lebar kerja garu akan lebih besar dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah piringan garu piringan dengan sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan.
      Seperti bajak piringan, bagian-bagian utama dari garu piringan terdiri atas: piringan, poros piringan, penggarak piringan, kerangka. Kadang kala dilengkapi pula dengan roda dukung, apabila sistem penggandengan dengan daya penariknya menggunakan sistem hela (trailing).
      Garu piringan biasanya tidak dilengkapi dengan roda alur penstabil. Beberapa piringan dari garu piringan dirangkai menjadi satu rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaianrangkaian ini biasa disebut sebagai rangkaian piringan (diskgang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas dua rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan.
      Ditinjau dari proses penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas ; penggaruan satu aksi (single action) dan penggaruan dua aksi (double action). Didasarkan atas uraian di atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua rangkaian satu aksi (single action two gang disk harrow); garu piringan dua rangkaian dua aksi (double action two gang disk harrow); garu piringan empat rangkaian dua aksi atau biasanya disebut tandem (tandem disk harrow).

b.      Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)
      Garu bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir, adalah jenis garu yang sudah umum digunakan petani di Indonesia. Garu sisir yang ditarik hewan, umumnya giginya terbuat dari kayu dan biasa digunakan untuk pengolahan tanah sawah dalam keadaan basah, sebagai pekerjaan lanjutan setelah tanah diolah dengan bajak singkal. Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor gigi-giginya terbuat dari bahan logam, dipasang pada batang penempatan (tooth bar) dengan di klem atau di las.
      Konstruksi garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor biasanya terdiri dari satu batang penempatan. Pemasangan gigi pada batang penempatan disusun berselang-seling antara batang penempatan yang satu dengan lainnya. Bentuk gigi paku sangat bervariasi ada yang lurus runcing dan ada yang pipih, ada pula yang berbentuk blimbingan (diamond shape). Garu bergigi paku terutama digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan, lebih cocok digunakan untuk tanah yang mudah hancur. Alat ini cukup efektif untuk memberantas tanaman pengganggu khususnya yang masih kecil-kecil, atau baru tumbuh.

c.       Garu bergigi per (spring tooth harrow)
      Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir menyerupai garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat dari per atau pegas. Juga digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih sesuai digunakan untuk tanah yang mudah dihancurkan. Cocok untuk memberantas gulma yang mempunyai perakaran yang cukup kuat dan dalam. Hal ini dikarenakan garu bergigi per mempunyai penetrasi kedalaman yang lebih besar dibandingkan dengan garu bergigi paku. Dari sifatnya yang lentur dan bentuknya yang lengkung akan dapat mengangkat atau mencabut akar-akar tanaman sehingga terlempar keluar ke permukaan tanah.

d.      Garu-garu khusus (special harrow)
      Jenis garu-garu khusus, biasanya digunakan untuk mengerjakan pengolahan tanah dengan tujuan yang lebih khusus. Sebagai misal, pengolahan tanah dengan tujuan khusus untuk memusnahkan tanaman pengganggu, menghancurkan seresah, atau untuk menggemburkan tanah secara intensif, atau mungkin bertujuan untuk membuat bedengan (seed bed) yang lebih layak. Penggunaan garu-garu khusus biasanya dilakukan setelah pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Macammacam garu khusus antara lain adalah : pencacah gulma atau seresah (weeder mulcher); garu potong putar (rotary cross harrow); penggemburan tanah (soil surgeon).

2.      Alat dan Mesin Pemeliharaan Tanaman
      Setelah tanaman ditanam, maka tanaman tersebut butuh pemeliharaan. Salah satu alat pemeliharaan tanaman adalah
a.       alat penyemprot (sprayer)
      Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan.
      Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Tarmana, 1976). Alat penyemprot memiliki banyak jenis, jika kita lihat dari sumber tenaganya, alat ini dibagi atas :
·         Alat penyemprot tenaga tangan - Atomizer (Hand Sprayer) - Alat penyemprot jenis udara bertekanan (Compressed Air Sprayer) - Alat penyemprot jenis gendong (Knapsack Sprayer)
·          Alat penyemprot bertenaga motor (Power Sprayer) - Alat penyemprot hidrolik (Hidrolic Sprayer) - Alat penyemprot blower (Blower Sprayer), biasanya digunakan pada areal perkebunan yang luas, dengan mesin ini hembusan udara bertekanan tinggi menyemprotkan bahan kimia dari mesin ke pohon , dimana cairan kimia dirubah menjadi partikel halus oleh aliran udara yang kuat.
      Fungsi utama sprayer adalah untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi. Kegunaan khusus sprayer sebagai berikut: - Menyemprotkan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama.
- Menyemprotkan fungisida untuk mencegah dan memberantas penyakit.
- Menyemprotkan herbisida untuk mencegah dan memberantas gulma.
- Menyemprotkan pupuk cairan.
- Menyemprotkan cairan hormon pada tanaman untuk tujuan tertentu.









B.     Kapasitas Kerja Lapang
1.      .Kapasitas Lapang
kapasitas lapang adalah suatu keadaan tanah yang merupakan tanah paling lembab dan mampu untuk menahan kadar air terbanyak terhadap adanya gaya tarik bumi atau gaya grafitasi.
      Kapasitas lapang sangat berhubungan dengan lingkungan dan kondisi tanah yang mampu untuk menahan air didalamnya. Misalnya di suatu daerah memiliki kondisi tanah yang bagus dengan kapasitas lapang terbaik maka di dalam tanah tersebut mungkin saja terdapat akar-akaran dari pohon sehingga membantu penyerapan air tanah dan menyimpannya lebih lama di dalam tanah.kapasitas lapang di pengaruhi oleh beberapa hal yakni:
a)      Waktu hilang dikarenakan untuk berbelok pada ujung lapang.
Berbelok di ujung suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180 per putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90per putaran.Waktu yang diperlukan untuk belok  pada pengerjaan bolak-balik,  juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di  headland, kekasaran daerah belok dan lebar alat. Waktu per belokan pada head-landhalus rata-rata hampir 5 % lebih besar pada pemanen atau penyiang 4  larik dibanding 2 larik. Perbedaannya ialah 20  - 25 % pada  head-land kasar. Pada pengujian dengan alat yang lebih lebar, Barnes dkk mendapatkan bahwa waktu per belokan rerata 40 - 5- % lebih besar untuk penyiang dan penanam 6 larik dibanding 4 larik.Perjalanan tak kerja melintasi ujung-ujung suatu lapang menghasilkan kehilangan lainnya yang sering tak terhindarkan dan khususnya penting jika tanah yang luas dibagi-bagi ke dalam lapang-lapang yang pendek.
b)      Waktu hilang di karenakan istirahat dan halangan-halangan ketika membajak.
Beberapa waktu hilang, semacam karena istirahat dan penyetelan atau pemeriksaan alat, biasanya cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif (atau dengan waktu lapang total) jika kecepatan kerja atau lebar alat ditambah.Perjalanan tak kerja melintasi ujung lapang cenderung sebanding dengan waktu kerja efektif jika kecepatan kerja normal dipertahankan saat melintasi ujung.Kehilangan waktu yang lain,  disebabkan oleh halangan, penggumpalan, penambahan pupuk atau benih, dan pengisian tabung semprotan, seringkali cenderung lebih sebanding dengan luas daripada dengan waktu kerja. Waktu per hektar untuk belok pulang-balik pada pengerjaan tanaman larik cenderung tetap konstan (atau turun cuma sedikit) jika kecepatan kerja dinaikkan, karena kecepatan biasanya dikurangi saat belok, kecuali jika kecepatan kerja normalnya memang telah rendah. Waktu hilang yang disebabkan pengosongan hasil panen cenderung sebanding dengan jumlah hasil di samping sebanding dengan luasnya.Waktu hilang yang cenderung sebanding dengan luas menjadi makin penting bila lebar atau kecepatan alat dinaikkan, karena waktu hilang tersebut akan terhitung dengan presentase yang lebih besar dengan berkurangnya total waktu per hektar. Dengan demikian, mengganti penanam 4 larik dengan 6 larik pada kecepatan maju yang sama dapat menaikkan keluaran cuma 30 % bukannya 50 %.

c)      Waktu hilang di sebabkan kehandalan sang operator dan kehandalan alat mesin operator.
Kehandalan keberhasilan dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berfungsinya suatu alat secara memuaskan pada kondisi tertentu sepanjang periode waktu tertentu. Kehandalan pemakaian waktu pada mesin individual menjadi makin penting jika beberapa mesin atau beberapa  bagian mesin digunakan secara gabungan. Untuk sebuah alat individual, waktu hilang sebesar 5 atau 10 % karena kerusakan, penyetelan, pembetulan, penyumbatan/penggumpalan, atau berhenmti yang lain berkaitan dengan mesin, umumnya tidak dianggap serius. Namun jika 4 satuan semacam itu, masing-masing dengan kehandalan pemakaian waktu 98 %, digunakan secara beriritan, kehandalan pemakaian waktuharapan menyeluruh gabungan tersebut akan terkurangi sampai menjadi tinggal 66 %. Kehandalan pemakaian waktu. Waktu hilang karena belok, istirahat, pengisian wadah benih atau pupuk, dan sebagainya, kira-kira akan tetap sama tak peduli berapa jumlah mesinnya, namun harus dimasukkan dalam penghitungan efisiensi lapang gabungan tersebut.Dikarenakan adanya pengurangan kehandalan pada mesin gabungan, pemeliharaan preventif menjadi relatif lebih penting dibanding jika hanya dipakai mesin tunggal. Semua mesin dalam suatu gabungan hendaklah dapat dipakai sepanjang waktu yang sama. Antara perawatan dan kapasitas berbagai satuannya hendaklah dapat disesuaikan dengan baik.

d)     Kemampuan kinerja alat mesin pertanian pada penggarapan suatu lapang .
Dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan menghitung biaya pengerjaan dan efisiensi dalam pengolahan lahan. Dalam hal ini ada beberapa istilah yang digunakan yaitu:
a.       .Efisiensi lapang
Merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen.Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketidak mampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
b.      Efisiensi kinerja mesin
Merupakan suatu ukuran efektifitas fungsional suatu mesin, misalnya presentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
c.       Waktu kerja efektif
Merupakan waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.

d.      .Kapasitas lapang teoritis sebuah alsin.
Kecepatan penggarapan suatu lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya. Merupakan waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritis per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya.

e.       Kapasitas lapang efektif
Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, presentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator.

2.      Kapasitas Kerja Pengolahan Tanah
Yang dimaksud dengan kapasitas kerja pengolahan tanah adalah kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki hasil (hektar, kg, lt) per satuan waktu. Jadi kapasitas kerja pengolahan tanah adalah berapa hektar kemampuan suatu alat dalam mengolah tanah per satuan waktu. Sehingga satuannya adalah hektar per jam atau jam per hektar atau hektar per jam per HP traktor. Kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1)    Keadaan traktor
      Traktor-traktor yang sudah lama dipakai berarti umur ekonominya sudah habis atau malah sudah terlewatkan, sehingga sudah banyak bagian traktor yang sudah haus sehingga sering timbul kerusakan. Kerusakankerusakan akan menyangkut masalah waktu, tenaga serta biaya. Sehingga pekerjaan tidak akan efisien lagi.
2)      Keadaan tanah
Keadaan tanah meliputi sifat-sifat fisik tanah, yaitu keadaan basah (sawah), kering, berlempung, liat atau keras.Keadaan ini menentukan jenis alat dan tenaga penarik yang digunakan.Disamping itu juga mempengaruhi kapasitas kerja dari pengolahan tanah.Tanah yang basah memberikan tahanan tanah terhadap tenaga penarik relatif lebih rendah dibanding dengan tanah kering. Akan tetapi pada tanah basah (sawah) memungkinkan terjadi slip yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah kering.
3)      Pola pengolahan tanah
Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah.Pola pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat.Karena pada waktu diangkat alat itu tidak bekerja.Oleh karena itu harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi dilapangan. Makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, makin rendah efisiensi kerjanya.Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola spiral, pola  tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola spiral yang paling banyak digunakan karena pembajakan dilakukan terus menerus tampa pengangkatan alat.
4)      Ukuran dan bentuk petakan
Ukuran dan bentuk petakan sangat mempengaruhi efisiensi kerja dari pengolahan tanah yang dilakukan dengan tenaga tarik hewan ataupun dengan traktor. Ukuran petakan yang sempit akan mempersulit beloknya hewan penarik atau traktor, sehingga efisiensi kerja dan kapasitas kerjanya rendah.Untuk mencapai efisiensi kerja dan kapasitas yang tinggi, maka ukuran luas petakan harus disesuaikan dengan tenaga penarik yang digunakan.
5)      Topografi wilayah
Keadaan topografi wilayah meliputi keadaan permukaan tanah dalam wilayah secara keseluruhan.Misalnya keadaan permukaan wilayah tersebut datar atau berbukit atau bergelombang.Keadaan ini diukur dengan tingkat kemiringan dari permukaan tanah yang dinyatakan dalam (%).Kemiringan yang baik untuk penggunaan tenaga hewan dan traktor dalam pengolahan tanah adalah sampai 3 persen (relatif datar). Kemirngan tanah yang lebih dari  3%  yang masih bisa dikerjakan traktor adalah 3% - 8% dimana pengolahan tanahnya dilakukan dangan mengikuti garis ketinggian (contour farming system).
6)      Keadaan vegetasi (tumbuhan yang ada) dipermukaan tanah.
Keadaan vegetasi permukaan tanah yang diolah juga dapat mempengaruhi efektivitas kerja dari bajak atau garu yang digunakan. Tumbuhan semak atau alang-alang  memungkinkan kemacetan akibat penggumpalan pada alat karena tertarik atau tidak terpotong. Pengolahan tanah pada alang-alang atau bersemak akan lebih efektif bila digunakan bajak piringan atau garu piring.
7)      Tingkat keterampilan operator
Operator yang berpengalaman dan terampil akan memberikan hasil kerja dan efisiensi kerja yang lebih baik dibanding operator yang belum terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu dalam penggunaan traktor untuk pengolahan tanah, perlu terlebih dahulu memberikan latihan terampil  kepada operator yang menjalankannya. Usaha ini untuk memberikan hasil pekerjaan yang lebih efisien dan lebih efektif.


C.    Membajak
      Membajak tanah adalah sebuah proses kegiatan dalam pengolahan tanah yang dilakukan di masa tanam. Kegiatan ini merupakan proses yang tidak bisa ditinggalkan dalam rangka menyuburkan kembali tanah yang sebelumnya sudah dipakai. Sebagaimana kita ketahui, unsur hara dalam tanah itu sangat terbatas, sehingga perlu upaya penggemburan setelah masa panen. Kegiatan membajak ini paling sering dilakukan di lahan basah (sawah) dibandingkan dengan lahan kering (ladang, pekarangan). Membajak tanah berarti melakukan pembalikan tanah dengan alat seperti cangkul, garu, waluku dan traktor. Pembalikan tanah biasanya sampai kedalaman 30-50 cm, tergantung jenis tanah yang dimiliki oleh petani. Setelah dilakukan pembalikan maka tanah harus diratakan sampai halus agar bisa jadi media tanam yang baik. Proses membajak tanah akan kelihatan berhasil jika pertumbuhan tanaman kelihatan baik. Media tanam harus dipastikan mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
       Fase membajak tanah merupakan tahap yang paling banyak menghabiskan tenaga para petani, beaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit. hampir 40% beaya produksi dihabiskan pada fase pengolahan tanah ini. Pada tanaman padi, para petani sering kali harus segera menjual hasil panennya atau bahkan terjerat utang dikarenakan petani membutuhkan uang tunai untuk membayar pekerja dalam pengolahan tanah. Melakukan kegiatan membajak sawah sebenarnya memiliki makna yang cukup dalam, dimana petani harus mengerti bahwa untuk menghasilkan produksi yang baik, diperlukan media tanam yang bagus. Benih yang unggul akan menjadi percuma jika lingkungannya tidak mendukung.
      Pola pertanian sawah di Indonesia, khususnya jawa, dimana pada sawah yang beririgasi hampir tiap tahun panen 3 kali cukup menguras bahan-bahan organik yang terkandung dalam tanah. hal ini berdampak pada semakin menurunnya kesuburan tanah dengan ditandai tekstur tanah yang semakin keras dan tandus. Bahkan di musim kemarau akan terlihat sekali tanah tersebut mengalami retak-retak yang cukup besar. Kondisi ini diperparah dengan pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan.





























BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Tempat dan Waktu Praktikum
       Praktikum ini dilaksanakan pada tiap hari Kamis  Oktober 2015, 01 dan 08 November 2015 di Kebun Percobaan dan Penelitian Universitas Mercu Buana Yogyakarta di desa Kaliurang.
B.     Alat dan Bahan Praktikum
a.       Alat
Ø  Traktor Roda 4 (Traktor Besar)
Ø  Traktor Roda 2 (Hand Traktor)
Ø  Bajak Singkal
Ø   Bajak Piringan
Ø  Garu Piringan
Ø  Knapsack Sprayer
Ø  Roll Meter
Ø  Stopwatch
Ø  Patok-Patok
Ø  Alat Tulis

b.       Bahan
Ø  Kertas
Ø   Lahan Percobaan

C.    Cara Kerja:
a)      Mengidentifikasi Alat dan Mesin
1.      Dosen memberikan penjelasan nama-nama alat dan bagian-bagiannya kepada mahasiswa.
2.      Mencatat informasi yang ada pada alat dan mesin pertanian yang ada di gudang UPT Kebun UMBY (traktor roda 4, traktor roda 2, bajak singkal, bajak piringan, garu piringan, dan knapsack sprayer) pada kertas yang telah disediakan.
3.      Menggambar alat-alat tersebut beserta bagian-bagiannya pada kertas yang telah disediakan.


b)      Membajak dengan Hand Traktor
1.      Memeriksa kondisi Hand Traktor sebelum digunakan untuk membajak. Jika traktor dalam keadaan baik, bawa ke lahan percobaan. 
2.      Memasang bajak singkal pada kaitan di Hand Traktor
3.      Menghidupkan diesel Hand Traktor dengan cara diengkol
4.      Memegang stang kemudi dengan sedikit menekannya sampai batas pinggang agar diperoleh keseimbangan, pasangkanlah tuas perseneling pada kecepatan yang diinginkan, dengan satu tangan masih memegang stang kemudi tangan yang lainnya memasangkan kopling utama sehingga traktor bergerak
5.      Mengikuti gerak traktor dengan melangkah, membelokkan arah dapat dilakukan dengan menekan kopling pada stang kemudi. Bila belok kekanan maka tekanlah tuas kopling yang kanan dan begitu juga sebaliknya
6.      Membajak lahan dimulai dari tepi

c)      Menghitung Kapasitas Kerja Lapang dan Efisiensi Kerja
1.      Membagi anggota kelompok untuk bertugas sebagai penghitung waktu total, penghitung waktu belok, penghitung waktu macet, pengukur lebar kerja, penghitung jarak 6 kali putaran roda, dan pencatat data pengujian.
2.      Mengukur panjang dan lebar lahan yang akan dibajak
3.      Menghidupkan traktor dan menempatkannya pada salah satu sisi pojok bidang olah sebagai tempat awal mulainya traktor bekerja
4.      Operator traktor mulai melakukan pembajakan sampai selesai
5.       Penghitung waktu total mengaktifkan stopwacth saat traktor membajak dan menghentikannya sampai traktor selesai membajak.
6.      Penghitung waktu belok mencatat waktu saat traktor berada dibelokan dan bajak tidak menyentuh tanah.
7.      Penghitung waktu macet mencatat waktu saat traktor berhenti karena mengalami masalah saat sedang membajak.
8.      Pengukur lebar kerja mengukur jarak lebar kerja dari traktor sebanyak 3 kali.
9.      Penghitung jarak menghitung jarak 6 putaran roda traktor sebanyak 3 kali.
10.  Semua data yang diperoleh dicatat oleh pencatat data dan direkap
11.   Melakukan perhitungan dan analisis terhadap data yang diperoleh


BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A.    HASIL
A.    Identifikasi alat dan mesin pertanian
a.       Traktor Sebagai Sumber Daya di Bidang Pertanian
1.      Pengamatan Spesifikasi Traktor Besar
Nama                                 : Traktor Besar/Tri Traktor
Merk                                  : Juff Bilt
Model                                : D/8
Negara Pembuat                : Amerika
Motor Penggerak
Nama                                 : Mesin Diesel
Merk                                  : Tri-Tractor
Model                                : D/8
HP/RPM                           : -
Jumlah Silinder                 : 1 silinder
Volume Silinder                : -
Perbandingan Kompresi    : -
Urutan Penyalaan              : -
Sistem Pendinginan          : Radiator
Sistem Pelumasan             : Oli
Sistem Transmisi               : Roda gigi
                  Kopling           : Otomatis
                  PTO                 : -
                  Persneling        : 1 2 3 4 5
Ukuran Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm)  : 390 cm / 170 cm / 146 cm
Berat (kg)                          : -
Jarak poros roda (mm)      : 460/270 mm
Jarak antar roda (mm)       : -
                  Depan              : 110 cm (1100 mm)
                  Belakang         : 76 cm (760 mm)
Renggang dengan tanah (mm)      : 560 mm
Ukuran roda          : Depan            :
 54 cm (540 mm)
                                Belakang       :  92 cm (920 mm)
Kapasitas tangki (l)                       : 10 Liter
Bahan bakar                                  : Solar
Pelumas: Mesin                             : Oli
                     Transmisi                  : Oli
                     Saringan Udara        : Oli (Basah)
                                                                            
Keterangan :
1.Roda belakang
2. Roda depan
3. Stir traktor
4. Operan gigi/porsneling
5. Tombol hidrolis
6. Sambungan depan
7. Tempat duduk                            
8.Mesin
9.Rem roda kanan                                        gambar 1.1
10.Rem roda kiri
11.polistater

2.      Pengamatan Spesifikasi Hand Traktor
Nama                                               : Hand Traktor
Merk                                                : Quick
Model/tipe                                       : G-3000
Negara Pembuat/Tahun                   : Jepang rakitan Indonesia
Motor Penggerek
Nama                                               : Diesel
Merk                                                : Kubota direct injection diesel
Model/Tipe                                      : Direct Injection
HP/RPM                                         : 2200-2400 Rpm
Jumlah Silinder                               : 1
Volume Silinder (cc)                       : 487 cc
Perbandingan kompresi                   : -          : -
Sistem pendinginan                         : Liquid cold
Sistem pelumasan                            : Oli
Sistem transmisi                              : Oli
Kopling                                     : Manual
PTO                                           : -
Persneling                                  : -
Ukuran Traktor
Panjang/lebar/tinggi (cm)                : 274/112/110 cm
Berat (kg)                                        :
Jarak poros roda (mm)                    : 100 mm
Jarak antar roda (mm)                     : 590 mm
Renggang dengan tanah (mm)        : 230-300 mm
Ukuran roda                                    :  77 cm
Kapasitas tangki (l)                         : 10 Liter
Bahan bakar                                    : Solar
Pelumas: Mesin                               : Oli
         Transmisi                          : Oli
         Saringan udara                 : -
Gambar 1.2. Traktor tangan ( hand traktor )
Keterangan :
1.      Pegangan/Handling                    10.Tuas standar
2.      Roda                                          11.Pengait bajak
3.      Knalpot                                      12.Tuas porsneling
4.      Rotor penggerak roda/puly        13.Pengatur gas
5.      Standar                                       14.Kopling
6.      Tempat solar                               l5.Spenroll
7.      Tutup solar
8.      Tutup pending
9.      Pen belt

b.      Alat dan Mesin Pengolah Tanah
1.      Pengamatan Spesifikasi Bajak Singkal ( Molboard Plow)
Nama                                                             : Bajak Singkal
Merk                                                              : Quick
Model                                                            : Hand traktor 6.900
Negara pembuat                                            : Indonesia
Cara penggandengan                                     : Mounted
Ukuran :
Panjang/lebar/tinggi                                       : 62 cm/ 40 cm/ 70 cm
Renggang bawah                                           : 44 cm
Renggang samping                                        : 4,2 cm
Berat (kg)                                                      : 37 Kg
Perlengkapan bajak,
Singkal bajak (coulter)                                  : ada / tidak
Jointer                                                            :ada / tidak
Roda alur (furrow wheel)                              : ada / tidak
Roda dukung (land wheel)                           : ada / tidak
                                    Gambar 3. Bajak singkal ( Molboard Plow )
Keterangan :
1.      Mata bajak
2.      Singkal
3.      Badan
4.      Pengatur kedalaman (skrop )
5.      Pelurus
6.      Penyambung antara singkal dan traktor

2.      Pengamatan Spesifikasi Bajak Piringan (Disk Plow)
Nama                                              : Bajak piringan
Merk                                               : Quick Tractor
Model                                             :-
Negara pembuat                             : Indonesia
Cara penggandengan                      : ( mounted )  Cara biasa yaitu dikaitkan dengan  pengait di bagian belakang traktor.
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm)               : 107 cm / 39 cm / 60 cm
Renggang bawah                            : 13 cm
Renggang samping                         : 37 cm
Berat (kg)                                       : 200 kg
Perlengkapan bajak,
Singkal bajak (coulter)                   : ada / tidak
Jointer                                             : ada / tidak
Roda alur (furrow wheel)               : ada / tidak
Roda dukung(land wheel)              : ada / tidak
Gambar 4. Bajak piringan ( Disk Plow )
Keterangan :
1.      Roda alur (furrow wheel)
2.      Roda piringan
3.      Pengait dengan traktor
4.      Kerangka


3.      Pengamatan Spesifikasi Garu Piringan (Disk Herrow)
Nama                                  : Garu piringan
Merk                                   : Jult-Bilt
Model                                 : ‘F’ Transmission Fluid/0602022450
Negara pembuat                 : Amerika
Jumlah rangkaian                : 3 Gang/ 2 rangkaian
Jumlah piringan                  : 8 rangkaian
Jenis piringan                      : Lingkaran bergerigi pada tepi
Diameter piringan (cm)      : 39 cm
Lebar kerja garu                 : 120 cm
Cara pengandengan             : Dengan mengaitkan tandem ( Maunted
Ukuran,
Panjang/lebar/tinggi (cm)      : 97 / 42 / 54 cm
Berat (kg)                              : -
Perlengkapan garu,
Roda alur (furrow wheel)               : ada / tidak
Roda dukung                                 : ada /tidak

CIMG9686.JPG
Gambar 5. Garu piringan ( Disk Herrow )

Keterangan :
1.      Pengait (Draw Bar)
2.      Roda Garu
3.      Kerangka / dudukan piring
4.      Mata garu piringan
5.      Roda galur

4.      Alat dan Mesin Pemeliharaan Tanaman
Nama                                  : Knapsack Hand Sprayer
Merk                                   : SWAN
Model                                 : SWA, No. 152877
Negara Pembuat                 : Indonesia
Jenis nosel / pengabut         : Double nosel
Volume tangki                    : 14 Liter
Tekanan kerja (kg/cm2)       : 10 Kg/cm2
Ukuran,                            
Panjang/lebar/tinggi (cm)   : 63 cm /  20 cm / 63 cm
Berat (kg)                           : 5 Kg
Gambar 6. Knapsack Hand Sprayer
Keterangan :
1.Tangki
2.Pompa
3.Tempat memasukan larutan
4.Pipa
5.Nozel
6.Tali pegangan
7.Selang
8.Torong
9.Keran penyambung antara selang dan pipa
10.Keran penyambung antara selang dan selang














B.     Kapasitas Kerja Lapang
Dari hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Lebar kerja teoristif           ( W1 )  : 34,75 cm
Lebar kerja efektif             ( W2 )  : 38,33 cm
                                             125 cm
Diameter roda                                : 77 cm
Jumlah putaran roda                      : 6 putaran
Jarak slip                            : 39 cm
                                             41 cm
                                             35 cm
Waktu hilang karena belok            : 23,58 detik
Waktu hilang karena macet           : 2 menit 44 detik
Total waktu kerja traktor   : 11 menit 3 detik
Luas lahan                          : P = 19,4 meter
                                             L = 6,26 meter

B.  Kapasitas kerja lapang
Dari hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Lebar kerja teoristif           ( W1 )  : Kel. 1 : 35 cm
                                             Kel. 2 : 34 cm
                                             Kel. 3 : 34 cm
                                             Kel. 4 : 36 cm
Lebar kerja efektif             ( W2 )  : Lintasan 1 39cm
                                             Lintasan 2 80 cm
                                             Lintasan 3 115 cm
Panjang Lintasan               : Lintasan 1 : 9 Meter 85 cm
                                             Lintasan 2 : 10 Meter 50 cm
                                             Lintasan 3 : 11 Meter 92 cm
Diamter roda                                  : 77 cm
Jumlah putaran roda                      : 6 Putaran
Waktu hilang karena belok            : 23,58 detik
Waktu hilang karena macet           : 2 Menit 44 Detik
Total waktu kerja traktor   : 11 Menit 3 Detik
Luas lahan                          : P = 19,4  Meter
                                             L = 6,26  Meter

PERHITUNGAN :
 L1=
     =    
     = 
     =  10.30% ……………………………………. ( L1 )

L2 =
      =
      =  100 %
      =
      = 25,8% …………………………………………………. ( L2 )

L3  =
      =
      = 8.99 %  …………………………………………………  ( L3 )

L4 =
     =
     = 21.6 %  ……………………………………………………  ( L4 )

EFISIENSI KERJA
EK = ( 1-L1 ) (1-L2 ) (1-L3-L4 ) . 100 %
      = (1 - (-10.30%))(1 – 25.8%)(1 – 8.99% - 21.6% ) x  100%
      = ( 1 - ( - )) ( 1- ) ( 1-  ) x 100 %
      = ( 1,103) ( 0.742 ) (0.694)  x 100 %
      = 0.568 x 100%
      = 56.8 %
CT  =  W  x  S  x 10-1
       = 0.38m x 5km/jam x 10-1
          =0.19 ha/jam
CE = (W x S x 10-1) x E
      = CT x E
      =0.19 ha/jam x 56.8%
      = 0.108 ha/jam


% Penyimpangan =   x 100%
                        =  x 100%
                                         =  x 100%
                                          =0.432 x 100%
                                    =43.2%








B.     Pembahasan
      Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan informasi bahwa setiap alat dan mesin pertanian mempunyai bagian dan kegunaannya masingmasing di dalam kaitannya untuk dapat menjalankan usaha pemeliharaan, perbaikan dan penggunaannya di lapangan.
      Dalam praktikum mengidentifikasi alat dan mesin pertanian, mahasiswa mengidentifikasi traktor roda empat, hand traktor, bajak singkal, bajak piringan, garu piringan, dan knapsack hand sprayer. Agar penggunaan alat dan mesin tersebut nantinya dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka diperlukan pengetahuan mengenai watak laku teknis dari alat dan mesin, mulai dari bagian beserta fungsi hingga operasionalnya.
      Dalam kaitannya dibidang pertanian, traktor merupakan sumber daya dalam bidang pertanian. Traktor yang diidentifikasi pada praktikum ini yaitu traktor roda empat dan hand traktor. Pada dasarnya masing-masing traktor mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun pada dasarnya traktor mempunyai komponen sama yang tidak dimiliki oleh kendaraan jenis lain. Antara lain pengunci differensial (differential lock), final drive, tempat pengambilan daya (Power Take Off), sistem pengangkatan hidrolis, batang penarik (draw bar), double throtle, dan double pedal. Untuk traktor roda empat, cocok digunakan di lahan yang sangat luas, sedangkan hand traktor digunakan dilahan yang tidak terlalu luas.
      Alat pengolah tanah, baik primer maupun sekunder yang diidentifikasi yaitu, bajak singkal, bajak piringan dan garu piringan. Bajak singkal menggunakan tipe penggandengan maunted dan jenis daya penarikan berupa hand traktor. Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Untuk bagian-bagian bajak singkal, biasanya bajak ini dilengkapi jointer yang berfungsi untuk menutup serasah lebih sempurna dalam pembajakan. Pada bajak piringan, piringan pada bajak merupakan komponen pemotong, pengangkat dan pembalik tanah pada bajak piringan.
      Beberapa keunggulan bajak piringan terhadap singkal antara lain dapat bekerja ditanah lengket dan liat, di tanah kering dan keras di mana singkal tidak bisa masuk kedalam tanah, di tanah kasar dan di dalamnya banyak batu-batu dan akar, menghasilkan pembajakan yang lebih dalam dari bajak singkal. Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang relative lebih kecil dibandingkan dengan bajak piringan, hal ini disebabkan pada pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Pada garu piringan ini menggunakan 5 piringan dalam setiap rangkaian dengan menggunakan satu poros. Jenis piringan adalah piringan standard yaitu tepinya rata. Sudut piringan pada garu yaitu 90° hingga 130°, sudut ini mempengaruhi lebar potongan tanah dan kecenderungan menggelinding.
      Untuk alat pemeliharaan tanaman yang diidentifikasi yaitu knapsack hand sprayer. Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydolic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut (nozel). Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
      Pada praktikum pengukuran kapasitas kerja lapang, digunakan traktor tangan merk Quick tipe G-3000. Praktikum ini memiliki tujuan untuk (performance) alat mesin pengolah tanah secara mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek ekonominya. Pada praktikum ini traktor tidak dikendalikan oleh praktikan, melainkan oleh operator yang sudah ahli. Mahasiswa hanya bertugas mengumpulkan data pengukuran lebar kerja, waktu total, waktu macet, waktu belok, jarak lurus per 5 putaran roda, dan luas lahan.
      Pengolahan tanah dengan traktor mini pada praktikum ini menggunakan pola tepi. Pola operasi lapang ini cocok untuk mengerjakan tanah yang bentuk lahannya empat persegi panjang pada praktikum. Pola ini umumnya digunakan untuk pengerjaan tanah menggunakan bajak singkal karena mempunyai satu arah pembalikan tanah, umumnya kearah kanan. Pembajakan dimulai dari arah tepi sebelah kanan, bajak diangkat pada ujung lintasan dan kembali diturunkan, selama bajak diangkat itu merupakan pengumpulan data waktu tidak efektif. Arah gerakan traktor berlawanan arah jarum jam. Pada saat pembajakan, adakalanya roda mengalami slip.
      Setelah semua data terkumpul dilakukan perhitungan. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan informasi bahwa persen waktu yang hilang karena lebar kerja (overlapping) sebesar -10.30%, karena slip sebesar 25,8%, untuk membelok sebesar 8.99%, karena macet/kerusakan sebesar 21.6% sehingga efisiensi kerja yang diperoleh sebesar 56.8%. Semakin besar nilai efisiensi kerja maka penggunaan traktor semakin baik pula, begitupun sebaliknya. Kecilnya efisiensi kerja pada praktikum kali ini sebagian besar disebabkan oleh overlapping, yaitu adanya tumpang tindih pembajakan atau dengan kata lain hasil bajakan sebagian terbajak lagi serta disebabkan oleh banyaknya waktu slip.
      Waktu Hilang Untuk Belok, Jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya atau memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang  diperlukan akan sama. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan/1800 per putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 900  perputaran.Nilai slip yang didapat untuk setiap lahan bervariasi. Nilai slip tertinggi terjadi pada saat pengolahan tanah yang berstruktur lengket. Pada saat praktikum Slip yang terjadi pada saat pengolahan tanah pada jalur kedua meningkat dikarenakan terbentuknya bongkahan tanah yang besar setelah traktor melintasi pada jalur pertama, sehingga slip meningkat pada saat dilakukan pengolahan tanah pada jalur ke dua . Slip roda yang terjadi akan menyebakan bertambahnya tenaga yang diperlukan untuk penarikan  karenagaya horizontal yang diperlukan di atas permukaan tanah lebih besar. Kelunakan atau kelembekan tanah merupakan faktor yang dapat memperbesar terjadinya deformasi tanah sehingga slip yang terjadi akan semakin besar juga (Mckyes, 1985).
      Kapasitas lapang efektif menunjukkan besarnya luas lahan yang diperoleh per satuan waktu tertentu. Dari pengukuran langsung di lahan diperoleh hasil bahwa kapasitas kerja teoritis lebih besar dibanding dengan kapasitas kerja efektif, hal ini disebabakan oleh beberapa faktor misalnya kemampuan operator dalam mengemudikan traktor,kondisi tanah pada lahan praktikum yang memiliki kelembaban yang tinggi dan kemampuan/kondisi dari traktor tersebut.






















BAB IV
KESIMPULAN
   Setelah praktik yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Setiap alat dan mesin pertanian memiliki bagian dan fungsinya masingmasing.
2.       Traktor merupakan sumber daya dalam bidang pertanian
3.      Menurut jenisnya traktor terbagi menjadi Traktor roda dua dan roda empat,dan  terdapat macam-macam komponen yang ada di dalamnya.
4.      Efisiensi pembajakan diperoleh dari seberapa besar kapasitas aktual dan teoritis yang diperoleh pada traktor saat pengolahan lahan.
5.      Slip mempengaruhi kinerja pembajakan traktor secara umum dilapangan.Umumnya pada lahan pertanian yang basah, kadar liat tinggi, dan konfigurasi lahan yang fluktuatif / tidak seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju traktor,hasil perhitungan waktu slip adalah 25.6
6.       perhitungan waktu hilang karena membelok di ujung lapangan adalah  8.99%
7.      Untuk perhitungan waktu hilang karena kerusakan kecil/macet adalah 21.6%
8.      Perhitungan waktu hilang karena lebar kerja adalah -10.30%
9.      Dari semua perhitungan yang telah di peroleh maka besar Efisiensi kerja yaitu 31,96%
10.  Penggunaan alat dan mesin akan berjalan baik apabila memenuhi syarat teknis dan operasionalnya.
11.   Dalam membajak perlu mengetahui prinsip kerja dari hand traktor itu sendiri dan harus mempunyai keahlian dalam menjalankan alat tersebut.










DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1993. Panduan Usaha Tani PIR Perkebunan TEH. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.
Hardjoanidjojo S, 1976.Pengantar Keteknikan Pertanian, IPB, Bogor.
Hardjosentono. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi          Aksara.Jakarta.
Haryadi. 1982. Mekanisme Pertanian. Genap Jaya Baru. Jakarta.
Haryono, M. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Bumi Aksara : Jakarta.
Herodian S. 2003. Jasa Produksi Dan Pelayanan Alat Mesin Pertanian       (JP2AMP). IPB.
Irwanto, Kohar A. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. FakultasMekanisasi             dan   Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Pramudya B. 1996. Strategi Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian untuk          Usahatani   Tanaman Pangan. IPB.
Pratomo, M., dkk. 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan   Kebudayaan. Jakarta.
Soedarno. 1996. Alat Pengolahan Pertanian. Redijaya : Semarang.
Sukirno,1999.Hand Traktor. Gramedia : Surabaya
Surman, R.L, 1989, Mengerjakan Tanah dan Alat-Alat Pertanian, Bumi Aksara : Jakarta
Tarmana D. 1976. Alat dan Mesin Pertanian untuk Proteksi Tanaman Pangan.       Redijaya :     Surabaya.
Wijanto, M.S,1996. Memilih Merawat, Menggunakan, dan Traktor Tangan,           Penebar    Swadaya, Jakarta
Winarno. 1994. Alat dan Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar